Sabtu, 04 Juni 2011

KETUBAN PECAH DINI

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KPD (KETUBAN PECAH DINI)

A.        DEFINISI

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban disertai keluarnya cairan amnion sebelum proses persalinan dimulai baik pada kehamilan cukup bulan maupun pada persalinan prematur.
Ketuban pecah dini merupakan ancaman bagi janin, khususnya jika hal ini terjadi di awal kehamilan.
Ketuban pecah dini ( KPD ) adalah pecahnya atau rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi. ( Hossam, 1992 ).
Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10 % dari semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu, kejadian sekitar 4 %. Sebagian dari ketuban pecah dini mempunyai periode laten melebihi satu minggu. Early rupture of membrane adalah ketuban pecah pada fase laten persalinan.

APN 60 LANGKAH

 I
MELIHAT TANDA DAN GEJALA II


1.   Mengamati Tanda dan Gejala Pesalinan Kala II
·  Ibu mempunyai keinginan untuk mengeran
·  Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan atau vaginanya.
·  Perineum menonjol
·  Vulva-vagina dan sfingter anal membuka

SISTEM

KONSEP DASAR SISTEM           
Sistem memiliki banyak pengertian. Beberapa pengertian sistem yang dipandang cukup penting diantaranya sebagai berikut.
*    Sistem adalah gabungan dari elemen – elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
*    Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri atas fungsi – fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien.
*    Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang berhubungan serta saling memengaruhi dan dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

PUSKESMAS

2.1Definisi
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
1.        Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota (UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2.        Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3.        Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan Puskesmas bertanggung-jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
4.        Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu Kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdepat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab iangsung kepada dinas kesehatan kabupaten/ Kota.

2.2 Visi dan Misi
2.2.1 Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai. Melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni (1) lingkungan sehat, (2) perilaku sehat, (3) cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu serta (4) derajat kesehatan penduduk kecamatan
Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan Puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah Kecamatan setempat

Jumat, 03 Juni 2011

E.COLY MEMATIKAN Strain baru

Para ahli mempelajari bakteri yang telah menyebabkan 18 kematian di Eropa. Para ahli yang bernaung di lembaga kesehatan dunia mengatakan bakteri E. Coli belum pernah melihat wabah seperti ini sebelumnya. 


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengatakan bahwa bakteri E-coli telah memakan korban kematian 18 orang di seluruh Eropa utara.

Para ahli mempelajari bakteri yang telah menyebabkan 18 kematian di Eropa. Para ahli yang bernaung di lembaga kesehatan dunia mengatakan bakteri E. Coli belum pernah melihat wabah seperti ini sebelumnya. 

Selasa, 17 Mei 2011

FARMAKOLOGI

A.  FARMAKOLOGI
Farmakologi merupakan Soframycin (framycetin sulfat), antibiotik spektrum yang luas, akan mengendalikan dan membasmi sebagian besar infeksi sekunder yang mungkin hadir dalam lesi dan pada saat yang sama akan memberikan perlindungan mekanis yang baik yang tidak mematuhi granulating kulit. Mudah untuk menerapkan dan mungkin akan dihapus tanpa rasa sakit. Penerapan ganti tidak mengakibatkan kelelahan dari lesi.
1.  Obat dengan sediaan unguenta (Salep)

REGULASI SUHU

BAB I
PENDAHULUAN

a.      Latar Belakang
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS

BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Sistem urinary terdiri atas:
a.   Ginjal, yang mengeluarkan secret urine.
b.   Ureter, yang menyalurkanurine dari ginjal ke kandung kencing.
c.   Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung, dan
d.   Uretra, yang mengeluarkan urine dari kandung kencing.

MUSCULOSCLETAL SYSTEM

BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
System muskuloskeletel meliputi tulang,persendian,otot,tendon,dan bursa.masalah yang berhubungan dengan struktur ini sangat sering terjadi dan mengenai semua kelompok manusia. Masalah system musculoskeletal biasanya tidak mengancam jiwa,namun mempunyai dampak yang bermakna terhadap aktivitas dan produktivitas.
Tulang-tulang dalam tubuh dihubungkan satu sama lain dengan sendi atau artikulasi yang memungkinkan berbagai macam gerakan. Berapapun esarnya gerakan yang mungkin dilakukan, hubungan antara dua tulang atau lebih dinamakan sendi. Ada tiga macam sendi, sinartrosis, amfiartrosis, dan diartrosis.
Sendi sinartrosis adalah sendi yang tak dapat digerakkan, misalnya sendi pada tulang tengkorak. Amfiartrosis, seperti sendi pada vertebra dan simfisis pubis, memungkinkan gerakan terbatas. Tulang dipisahkan oleh tulang rawan fibrus. Diartrosis adalah sendi yang mampu digerakkan secara bebas.

B.     TUJUAN
a.   Tujuan Umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah Keperawatan Sistem Muskuloskeletal tentang system artikuler.

b.  Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa mengetahui bagaimana struktur system artikuler, serta fungsi dari system artikuler tersebut.

C.     RUMUSAN MASALAH
·      Bagaimana struktur system persendian?
·      Bagaimana fungsi system persendian?
·      Bagaimana asuhan keperawatan pada masalah-masalah persendian?

D.     METODE PENGUMPULAN DATA
Data ataupun pembahasan dalam makalah ini diperoleh dari beberapa referensi yaitu buku-buku atau sumber bacaan yang relevan serta media-media lain yang mendukung.


















BAB II
PEMBAHASAN

A.     DEFINISI
Persambungan tulang atau sendi (artikulasi) adalah pertemuan dua buah tulang atau beberapa tulang kerangka. Artrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang persendian.
Sendi adalah tempat dua tulang atau lebih saling berhubungan baik terjadi pergerakan atau tidak. Untuk memungkinkan terjadinya pergerakan maka di tempat tertentu ada jaringan ikat dan jaringan rawan diganti dengan jaringan tulang pada ujung tulang akan tinggal suatu lempeng jaringan rawan sebagai rawan sendi. Stabilitas sendi bergantung pada:
a.   Permukaan sendi, bentuk tulang memegang peranan penting dalam stabilitas sendi.
b.   Ligamentum, ligamentum fibrosa mencegah pergerakan sendi secara berlebihan. Kalau regangan terus berlangsung lama, ligamentum fibrosa akan teregang. Ligamentum elastis sebaliknya mengembalikan panjang asal setelah teregang, misalnya tulang pergerakan memegang peranan aktif dalam menyokong sendi dan membantu mengembalikan tulang pada posisi asalnya setelah melakukan pergerakan.
c.   Tonus otot, pada kebanyakan sendi tonus otot merupakan factor utama yang mengatur stabilitas.

B.     KLASIFIKASI SENDI
Sendi utama terdiri dari:
-        Sendi fibrus atau sinartrosis, merupakan sendi yang tidak dapat bergerak, misalnya persambungan tulang bergigi (sutura) yang terdapat pada kepala sela antara tulang pipih yang menyatukan os.frontal, os.parietal, os.temporal, dan os.etmoidal. sendi sindesmosis, permukaan sendi dihubungkan oleh membrane pada sendi tibia dan  fibula inferior. Dibagi menjadi:
a.   Sindesmosis: jaringan penghubung ialah jaringan ikat.
*      Sutura: pinggir-pinggir tulang yang bertemu diperhubungkan oleh suatu lapis jaringan ikat yang tipis, misalnya diantara tulang-tulang tengkorak.
*      Schindylesis: suatu lempeng pada tulang yang satu terjepit didalam celah atau takik pada tulang yang lain, misalnya antara rostum sphenoidale dan vomer.
*      Gomphosis: tulang yang satu berbentuk kerucut masuk kedalam lekuk ytang sesuai dengan bentuk itu pada tulang yang lain, misalnya diantara gigi dengan rahang.
*      Syndesmosis elastika: jaringan ikat penghubung terdiri terutama dari serabut-serabut kenjal (elastis), misalnya diantara arcus vertebrae oleh lig. Flavum.
*      Syndesmosis fibrosa: jaringan ikat terutama terdiri dari serabut-serabut kollagen, misalnya diantara ulna dan radius oleh membrane interossea antebrachii. 
b.   Synchondrosis: jaringan penghubung ialah jaringan-rawan misalnya diantara epiphysis dan diaphysis sebelum penulangan selesai atau pada orang dewasa di antara kedua ossa pubica.
c.   Synostosis: jaringan penghubung ialah jaringan tulang, misalnya diantara epiphysis dan diaphysis sesudah penulangan atau diantara os ilium, os pubis dan os ischium pada orang dewasa. 

-        Sendi tulang rawan (amfiartrosis), merupakan sendi dengan gerakan sedikit, permukaan dipisahkan oleh bahan antara yang memungkinkan sedikit gerakan. Misalnya, sendi pada simfisis pubis dipisahkan oleh tulang rawan. Sendi antara manubrium sterni dan korpus sterni, sendi pada tulang rawan primer yang dijumpai pada epifisis dan diafisis tulang pipa.

-        Sendi synovial (diartrosis), merupakan persendian yang bergerak bebas dan terdapat banyak ragamnya, dan semua mempunyai ciri yang sama. Tersifat oleh adanya suatu ketidak-sinambungan oleh karena diantara tulang-tulang yang bersendi terdapat suatu rongga (cavum articulare).umumnya pada suatu diartrosis dapat dibedakan bagian-bagian yang berikut:
·      Ujung-ujung tulang yang bersendi: ini dapat dibedakan dalam kepala sendi (caput articulare) dan lekuk sendi (cavitas glenoidalis).
·      Simpai-sendi (capsula articularis) terdiri dari dua lapis:stratum fibrosum disebelah luar dan stratum synoviale disebelah dalam. Stratum synoviale membentuk synovial (urap sendi)
·      Rongga-sendi (cavum articulare) ialah rongga potensiil yang terdapat diantara ujung-ujung tulang dan yang berisi synovial.
·      Alat-alat khusus yang meliputi:
-       Bibir-sendi (labium articulare)
-       Disci dan menisci articulares sebagai alat untuk menerima tumbukan sebagai penyangga dan sebagai alat untuk mengurangi discongruentio diantara ujung-ujung yang bersendi
-       Kandung sega (bursae mucosae) disekitar sendi atau kadang-kadang berhubungan dengan rongga-sendi untuk memudahkan gerak disendi itu.
-       Ligamenta ialah alat-alat yang sebenarnya sebagian dari simpai sendi tetapi kemudian terpisah dari simpai itu.

Ciri-ciri sendi yang bergerak bebas: ujung tulang masuk dalam formasi persendian, ditutup oleh tulang rawan hialin, ligament untuk mengikat tulang-tulangnya bersama. Sebuah rongga persendian terbungkus oleh sebuah kapsul dari jaringan fibrus dan diperkuat oleh ligament.Berdasarkan kemungkinan gerak diarthrosis dapat dibagi dalam :
            a.       Sendi kejur (amphiarthrosis) yang mempunyai kemungkinan gerak sedikit sekali.
            b.       Sendi (articulationes) ialah sendi dengan kemungkinan geraknya luas. Articulations ini menurut banyak geraknya dapat dibedakan dalam
·      Sendi sumbu satu
a.   Sendi engsel (ginglymus): sumbu gerak tegak lurus pada arah panjang tulang, satu permukaan bundar diterima oleh yang lain sedemikian rupa sehingga gerakan hanya dalam satu bidang dan dua arah, misalnya sendi siku dan sendi lutut.
b.   Sendi kisar (articulation trochoidea): sumbu gerak kira-kira sesuai denga arah panjang tulang, misalnya art radioulnaris, atlanto-dentalis

·      Sendi sumbu dua, kedua sumbu gerak itu berpotongan tegak lurus
a.   Sendi telur (articulatio ellipsoidae): kepala sendi cekung berbentuk ellipsoid dengan sumbu panjang dan sumbu pendek misalnya art radio-carpea
b.   Sendi pelana (articulation sellaris): permukaan sendi berbentuk pelana, artinya dalam arah sumbu yang satu permukaan itu cembung, dalam arah sumbu yang lain cembung, merupakan sendi timbal balik, misalnya sendi rahang dan tulang metacarpal pertama (pergelangan tangan) yang dapat memberikan banyak kebebasan untuk bergerak, misalnya ibu jari dapat berhadapan dengan jari lainnya.

·      Sendi sumbu tiga, sendi yang kemungkinan gerak terluas. Kepala sendi berbentruk bola
a.   Sendi peluru (articulatio globaidea): lekuk-sendi mencakup kurang dari setengah kepala sendi,; art humeri
b.   Sendi buahpala (enarthrosis spheroidea): kemungkinan geraknya lebih sedikit daripada art. Globoidea karena lekuk-sendi mencakup lebih dari setengah kepala sendi, art coxae.

C.     PERSARAFAN SENDI
Kapsul dan ligamentum mendapat saraf sensoris. Pembuluh darah mendapat serabut saraf otonom simpatis. Rawan yang meliputi permukaan sendi mendapat sedikit ujung saraf dekat pinggirnya.
Peregangan berlebihan pada kapsula dan ligamentum menimbulkan reflex kontraksi otot sekitar sendi. Peregangan yang berlebihan akan menimbulkan rasa nyeri. Serabut simpatis mengatur suplai darah pada sendi. Menurut hokum Hilton, saraf yang mempersarafi sendi juga mempersarafi otot yang menggerakkan sendi dan kulit sekitar insersi otot tersebut.

D.     PEMBATASAN GERAK SENDI
Pergerakan sendi banyak ditentukan oleh permukaan persendian, misalnya dibatasi oleh prosesus olekrani pada sendi bahu, ligament iliofemoral pada sendi panggul.
Kalau melihat bentuk-bentuk sendi tersebut, maka pergerakan tulang dapat benar-benar bebas. Tetapi kenyataan dalam pergerakan sehari-hari tidak demikian halnya karena pergerakan tersebut dihalangi dan dibatasi oleh otot yang terdapat di sekeliling sendi dan juga adanya ikat sendi. Pada sendi panggul, ikat sendi ini amat banyak sehingga pergerakan sendi tersebut sangat terbatas.



E.     PERSENDIAN MENURUT TEMPAT
Sendi anggota gerak atas
a.   Sendi Pergelangan Bahu
Art. Sternoklavikular. Sendi ini adalah hubungan antara gelang bahu batang badan, antara pars sternalis klavikula manubrium sterni rawan iga I, sebelah atas berhubungan dengan klavikula dan sebelah bawah dengan sternum.
Alat-alat khususnya antara lain:
-       kapsula artikularis, jaringan fibrosa sekeliling sendi.
-       Ligamentum sternoklavikular yang menghubungkan ujung medialis klavikula dengan manubrium sterni.
-       Ligamentum interklavikular menghubungkan kedua ujung klavikula dengan ujung kranialis sternum.
-       Ligamentum kostklavikular menghubungkan tuberositas kostalis klavikula dengan rawan iga I.
-       Discus artikularis terletak antara permukaan sendi strenalis klavikula, melekat pada tepi atas belakang permukaan sendi klavikula.

Art. Akromioklavikular. Sendi ini merupakan hubungan antara ekstremitas akromialis dan klavikula.
Alat-alat khususnya antara lain:
-       Kapsula artikularis, terletak di atas dan di bawah ligamentum akromioklavikularis superior dan inferior.
-       Ligamentum akromioklavikularis superior, menghubungkan bagian atas ekstremitas akromialis klavikular dengan permukaan atas acromion.
-       Ligamentum akromioklavikularis inferior, di bawah artikulasi akromioklavikularis.
-       Ligamentum korakoklavikular, menghubungkan prosesus korakokoideus dengan tuberositas korakoklavikula.
-       Ligamentum trapezoideum, bagian anterior dan lateral.

Art. Humeri. Persendian ini merupakan sendi peluru karena kaput humeri merupakan sebuah bola yang melekat pada bagian dalam bidang scapula dengan kaput humeri.
-       Gerakan antefleksi dan retrofleksi, gerakan berlangsung sekeliling sumbu dengan gerakan horizontal.
-       Gerakan abduksi dan adduksi, gerakan berlangsung dalam bidang scapula sekeliling sumbu, gerak yang sagitalis dan tegak lurus pada bidang scapula.
-       Gerakan rotasi, gerak sekeliling sumbu yang memanjang pada sumbu humerus, ketiga sumbu bergerak pada potongan tegak lurus dikaput humeri.

b.   Sendi Siku (Art. Cubiti)
Bagian ini merupakan artikulasiokomposita, pada sumbu ini bertemu humerus, ulna dan radius. Sedangkan menurut faalnya sendi ini merupakan suatu sendi engsel yang terdiri dari tiga bagian:
·      Art. humeroulnaris : sendi antara trokhlea humeri dan insisura semilunaris ulnae. Kedua permukaan sendi mempunyai bidang pertemuan yang terlebar pada sikap lengan yang sedikit diketulkan sehingga merupakan sikap terbaik bagi lengan untuk menerima tumpuan.
·      Art. Humeroradialis : sendi antara capitulum humeri fovea capitulum radii.
·      Art. Radio ulnaris proksimal : sendi antara sirkumferensia artikularis radii dan insisura radialis ulna.

Alat-alat khususnya :
·      Kapsula artikularis melekat pada epikondilus medialis permukaan depan. Huimrus diatas fossa koronoidea dan fossa radialis sebelah bawah melekat pada permukaan anterior prosessus koronoideus ulnae.
·      Ligamentum kolateral ulnae, ligamentum ini tebal merupakan tiga 3 buah pita yang berbentuk segitiga, ligamentum ini berhubungan dengan M. triseps brachii, flexorcarpi ulnaris, nervus ulnaris merupakan origo dari M. flexor digitorum sublimis.
·      Ligamentum kolateral radiale merupakan pita sederhana yang menghubungkan epikondilus lateralis humeri dengan ligamentum ulnare berhubungan dengan tendo M. supinator
·      Art. Radioulnaris proksimal, merupakan sendi antara sirkumferensia artikularis radii dengan insisura radialis ulna dan ligamentum ulnare.
·      Art. Radioulnaris distalis, sendi antara sirkumferensia artikularis capituli ulna dengan insissura radii. Rongga sendi berbentuk huruf L dibentuk oleh ulna dan radius permukaan sendi sangant luas sehingga terdapat kemungkinan yang luas untuk pergerakan spinalis dan pronasi.
·      Sinartrosis, kedua ulna dan radius dihubungkan oleh koroidea oblique dan membrane interrosa antebrakhii.

c.   Sendi Lengan Bawah Dan Tangan.
Art. Radiokarpal, merupakan sendi ellipsoid, hubungan antara ujung distal radialis yang merupakan lerkuk sendi dan os. navikulare, lunatum dan triquitrum merupakan kepala sendi terletak di sebelah distal.
Art. karpometacarpa,terdiri dari:Art. Carpometacrpa I ( policis ), hubungan antara os metacarpal I dan os multangulum manus merupakan sendi pelana simpai sendi sangat longgar pergerakan lebih luas.Articulations carpometacarpa II-V, sendi antara ossa carpalia dan ossa metacarpalia II-V.
Art. intermetacarpa, basis ossis metacarpalia II-V bersendi satu sama lainnya dengan satu permukaan sendi yang kecil.
Art. metacarpophalangeal, merupakan sendi antara ossis metakarpalia, kepala sendi dengan basis ossis phalanx I merupakan lekuk sendi.
Art. digitrorum manus, sendi antara palanx I, II, III merupakan sendi sendi engsel yang diperkuat oleh( lig. Vaginale, lig.kollateral, lig. Posterior).

d.   Persendian Gelang Panggul
Sendi panggul adalah sendi synovial dari varietas sendi putar. Kepala sendi femur ke dalam asetabulum tulang koksa. Sendi ini tebal dan kuat, membatasi gerakan sendi ke seluruh arah dan membentuk sikap tegak tubuh dalam keadaaan terdiri, gerakan sendi fleksi, ekstensi, abduksi,endorotasi dan eksorotasi.
*      Articulation Sakroiliaka
Persendian antara os sacrum dan os ileum melalui fascies artikularis ossis illi dan fasies artikularis osssis sacrum. Sendi ini merupakan hubungan antara gelang panggul dan rtangka badan  yang identik dengan artikulasio sternoklavikularis. Artikulasio ini mempunyai gerakan yang kecil karena banyak cekungan,cembungan dan persedian tidak rata, di samping itu banyak ligamentum pada sendi.


*      Art. Simfisis Pubis
Hubungan antara  kedua os pubis. Di dalamnya ada suatu kavum yang disebut pseudokruris berupa kartilago dinamakan  firokartilago interpubis.
*      Art. Koxae
Persendian ini merupakan enarthrosis spheroidea, diperkuat oleh ligametum illeo femoral sehingga caput femoris bisa keluar dari lekuknya dan berada di bawah os ileum.
*      Persendian tingkat atas dan lutut.
Articulation genu menghubungkan  permukaan  ujung tulang distal os femur dengan permukaan ujung proksimal  tiba  yaitu antara  condilus medialis dan  lateralis ossis femur dengan  fascies articularis superior ossis tibia. Di depan sendi ini terdapat patella.
Sendi lutut adalah sendi engsel yang dibentuk oleh kondilus femoralis yang bersendi dengan permukaan  dari kondilus tibia. Patella terletak  di atas permukaan yang halus pada femur tetapi tidak termasuk dalam sendi lutut.

e.   Persendian tungkai bawah
Persendian ini merupakan  persendian antara tibia dan fibula.
*      Artikulatio tibia-fibula proximal
Sendi yang terdapat antara  fascies artikularis kapitulum fibula ossis  pada kondilus dengan fascies articularis fibularis ossis pada kondilus tbia,ikat sendi ligamentum tibio  fibularis proximal.
*      Sindesmosis tibio fibularis
Persendian antara fasies artikularis tibiasis ossis fibulae dengan insusura fibularis ossis tibialis. Ikat sendi terdiri dari :
·      Ligamentum  tibio fibularis  inferior-anterior
·      Ligamentum tibio fibularis inferior-posterior
·      Ligamentum tibio fibularis transversa
*      Hubungan antara Krista interosea fibula dan Krista interrosea tibia.
Hubungan ini terbentang melalui membrane interrosa kruris yang terbentang dari proksimalis di bawah colum fibulae ke distal sampai batas 1/3 distal os tibia dan os fibula. Arah serabut membrane unterosa cruris dari medial atas os tibia ke lateral bawah menuju os fibula.


*      Persendian kaki
Art. Talo tibia fibularis. art. talo tibia fibularis(pergelangan kaki), antara fascies artikularis tali os tibia dan os fibula dengan trochlea tali bagian medial dan lateral. Bentuk sendi engsel gerakan sendi ini dapat dilakukan dorsal flexio dan plantar flexio (extension ).
Sendi tibio fibular dibentuk antara ujung atas dan ujung bawah kedua tulang tungkai bawah batang dari tulang- tulang itu digabungkan oleh sebuah ligament antara tulang yang membentuk sebuah sendi ketiga antara tulang-tulang itu.
Art. Talo tarsalia. Art. Talo tarsalia(sendi loncat), karena pada gerakan meloncat ada dua bagian:
·      Art. Talo calcaneo (sendi loncat atas ), antara fascies articulariscalcanei posterior assis talus dan fasciesarticularis tali posteriorossis calcaneus.
·      Art. Talo calcaneo navicularis ( sendi loncat bagian bawah), antara fascies artikular naviculare kalkanel media anterior dan fascies artikularis naviculare ossis talus dengan fascies tali media anterior ossis calcaneusdan fascies artikularis tali ossis naviculatri pedis. Gerakan sendi dapat dilakukan dngan dua cara yaitu gerakan  plantar fleksi dan adduksi dan gerakan dorsal fleksi kaki disertai adduksi.
Art. Talo transversa. Art. talo transversa merupakan linea amputasiones choparti. Ada dua bagian yaitu art. Talo navikularis pedis ( antara kapitulum tali fascies artikulairs talo os navikularis pedis ) dan art. Kalkanea kuboidea ( antara artikularis kuboidea dari os kolumnae  fascie artikularis kalkanel dari os kuboideum). Gerakan rotasi sumbu gerak searah dengan panjang kaki.
Art. Talo metatarsea. Sendi ini ada diantara permukaan  distal os kunaiformirenon I, II, IIIdengan permukaan proksimal ossa metatarsalia I,II, III. Permukaan sendi distal os koboideum dengan permukaaan proksimal ossa  metatarsalia IV, V. antara permukaan distal ossa metatarsalia dengan permukaan proksimal ossa falangea I,digiti I, II,III,IV,V.
Art. Interfalangeal . ada diantara ruas jari I,II,III masing- masing jari (digiti) I,II,III,IV,V untuk gerakan flexio dan extension(sendi engsel).



f.    Sendi kolumna vertebralis.
Kecuali vertebrae servikalis I, semua vertebrae lainnya saling berartkulasi dengan perantaraan artikulasio kartilaginea dan artikulasio synovial.
·      Sendi antara korpus vertebrae
Permukaan atas dan bawah korpus vertebrae  yang berdekatan dilapisi oleh tulang rawan hialin tipis. Di antara lempeng tersebut terdapat diskus intervertebralis  yang tersusun oleh jaringan vibrokartilago. Did daerah serevikal bawah ditemukan  banyak sendi kecil, yaitu di kiri-kanan diskus intervertebralis antara permukaan atas dan bawah korpus vertebrae.
Ligamentum longitudinal anterior dan posterior  berjalan turun menyusuri permukaan anterior dan posterior kolumna vertebralis dari cranium sampai sacrum. Ligamentum anterior lebar menempel kuat pada tepi depan sisi kornu vertebrae dan diskus intervertebralis. Sedangkan ligamentum posterior  lemah dan sempit, melekat pada posterior diskus.
·      Sendi diantara arkus vertebrae
Sendi ini terdiri dari dua sendi synovial diantara prossesus artikularis superior dan Inferior vertebrae. Fascies artikularis tertutup oleh tulang rawan hialin dan sendi dikelilingi oleh ligamentum kapsularis.
Ligament supraspinalis menghubungkan ujung tulang prossesus vertebrae. Ligament intersoinalis berjalan diantara prossesus spinosus yang berdekatan. Ligament plava menghubungkan dua lamina, berdekatan pada daerah servikal ligamentum supraspinalis  dan interspinalis, sangat tebal membentuk lig. Nuchea meluas dari  prossesus  spinosus  sampai ke protuberonsia oksipitalis eksterna. Permukaan anteriornya melekat erat pada prossesus spinosus servikalis.
·      Artikulatio Atianto Oksipitalis
Sendi ini merupkan sendi synovial antara kondilus oksipitalis kiri-kanan,foramen magnum, diatas fascies artikularis massa lateral, atlas bagian bawah. Membrane atianto oksipitalis anterior merupakan lanjutan ligamentum longitudinale anterius, menghubungkan arcus anterior atas dengan tepi anterior foramen magnum, membrane atianto oksipitalis superior menghubungkan arcus posterior atlas dengan tepi posterior foramen magnum.
·      Artikulatio Atianto Aksilaris
Sendi ini terdiri atas 3 sendi synovial antara dens aksis dengan arkus anterior atlas yang lain diantara massa lateralkis kedua tulang:
-      Lig. Apisis dentis, terletak ditengah, menghubungkan apeks dentis dengan tepi anterior foramen magnum.
-      Lig. Alaria, terletak di kiri kanan ligamentum apisis  dentis menghubungkan dens ajsis dengann sisi medial kondilus oksipitalis.
-      Lig. Cruciform atiantis terdiri dari lig. Trnsversum atiantis yang kuat dan fasculi longitudinalis yang lemah, ujung transversum melekat pada bagian dalam massa lateralis atlas dan mengikat aksis.

F.     FISIOLOGI PERGERAKAN
Aktivitas motorik dari fungsi sistem pergerakan diatur oleh saraf, tulang, sendi, dan otot yang terbentuk saling menunjang dalam suatu kerjasama untuk melakukan suatu kegiatan dan pergerakan. Aktivitas volunteer direncanakan oleh otak dan perintah dikirim ke otot melaluisistem pyramidal yang berhubungan dengan gerakan dan sikap.

a.   Gerakan Pengungkit
Gaya yang dihasilkan oleh suatu otot bergantung pada banyak serabut otot, semakin banyak serabut otot semakin besar gaya yang dapat dihasilkan. Tiga macam pengungkit yaitu:
1.   Titik penyokong terdapat diantara gaya dan beban yang mempunyai arah yang sama. Misalnya gaya pada otot tengkuk, titik berat kepala terdapatdi depan sumbu gerak.
2.   Beban dan gaya terdapat pada sisi  yang sama terhadap titik penyokong. Arah  beban dan gaya bertentangan, misalnya menginjak kaki di tanah. Kaki berinersi pada tuberkalkaneus, berat badan pada tungkai bawah menekan talus.
3.   Badan dan gaya terdapat pada sisi yang sama terhadap titik penyokong. Arah gaya dan badan bertentangan. Lengan atas lebih pendek dari lengan bawah karena gaya otot ketul( m. brakhialis) menahan berat lengan bawah.

b.  Gerakan kolumna vertebralis
Masing-masing sendi tidak terlalu besar. Gerakan sedikit menyebabkan tulang belakang dapat bergerak dengan leluasa. Sebagai sendi peluru sekelilingnya terdapat sendi yang mempunyai tiga gerakan (antefleksi, retrofleksi, laterofleksi) dan sumbu lintang. Gerakan tulang menimbulkan tahanan dalam bentuk keseimbangan sehingga gerakan dibatasi dan diatur oleh tulang belakang. Fleksi tulang belakang memerlukan sedikit kerja otot:
a.   Bagian leher: fascies artikularis merupakan bidang datar yang membentuk sudut 45 derajat dan membuka ke depan memungkinkan gerakan ke segala arah.
b.   Bagian punggung: fascies artikularis vertebrae torakalis merupakan tabung sumbu yang terdapat dibagian belakang korpus vertebrae, memungkinkan gerakan yang luas bagi badan.
c.   Bagian pinggang: letak permukaan sendi memungkinkan sedikitnya  gerakan sekitar badan. Sebaliknya antefleksi dan retrofleksi tidak terhalang sehingga gerakan luas sekali dibagian pinggang.
Gerakan sendi kepala disertai gerakan tulang-tulang belakang bagian leher. Kalau dilakukan perputaran akan diikuti oleh suatu gerakan miring kepala ke samping.




















ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH SISTEM PERSENDIAN

A.     Pengkajian Sistem Persendian
Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan. Luas gerakan dievaluasi baik secara aktif (sendi digerakkan oleh otot sekitar sendi) maupun pasif (sendi digerakkan oleh pemeriksa). Pemeriksa harus sudah hafal dengan luas gerakan normal sendi-sendi besar seperti yang didefinisikan oleh American Academy of orthopedic Surgeons. Pengukuran yang tepat terhadap luas gerakan dapat dilakukan dengan goniometer (suatu busur derajat yang dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi). Bila suatu sendi diekstensi maksimal namun masih tetap ada sisa fleksi, maka luas gerakan dikatakan terbatas. Luas gerakan yang terbatas bisa disebabkan karena deformitas skeletal, patologi sendi, atau kontraktur otot dan tendo di sekitarnya. Pada lansia, keterbatasan gerakan yang berhubungan dengan patologi sendi degeneratif dapat menurunkan kemampuan mereka melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau sendi terasa nyeri, maka harus diperiksa adanya kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi), pembengkakan, dan peningkatan suhu yang mencerminkan adanya inflamasi aktif. Kita mencurigai adanya efusi bila sendi tampak membengkak ukurannya dan tonjolan tulangnya menjadi samar. Tempat yang paling sering mengalami efusi adalah lutut. Bila hanya ada sedikit cairan di rongga sendi di bawah tempurung lutut, dapat diketahui dengan manuver berikut: aspek lateral dan media lutut dalam keadaan ekstensi diurut dengan kuat ke arah bawah. Gerakan tersebut akan menggerakkan setiap cairan ke bawah. Begitu ada tekanan dari sisi lateral dan medial, pemeriksa akan melihat di sisi lain adanya benjolan di bawah tempurung lutut. Bila terdapat banyak cairan, tempurung lutut akan terangkat ke atas dari femur saat ekstensi lutut. Bila dicurigai adanya inflamasi atau cairan dalam sendi, perlu dilakukan konsultasi dengan dokter.
Deformitas sendi dapat disebabkan kontraktur (pemendekan struktur disekitar sendi), dislokasi (lepasnya permukaan sendi), subuksasi (lepasnya sebagian permukaan sendi), atau disrupsi struktur sekitar sendi.kelemahan atau putusnya struktur penyangga sendi dapat mengakibatkan sendi terlalu lemah untuk berfungsi seperti yang diharapkan, sehingga memerlukan alat penyokong eksternal (misal: brace).
Palpasi sendi sementara sendi digerakkan secara pasif akan memberikan informasi mengenai integritas sendi. Normalnya, sendi bergerak secara halus. Suara gemeletuk dapat menunjukkan adanya ligamen yang tergelincir di antara tonjolan-tonjolan tulang. Permukaan yang kurang rata, seperti pada keadaan artritis, mengakibatkan adanya krepitus karena permukaan yang tidak rata tersebut saling bergeseran satu sama lain.
Jaringan di sekitar sendi diperiksa apakah terdapat benjolan. Reumatoid artritis, gout, dan osteoartritis menimbulkan benjolan yang khas. Benjolan di bawah kulit pada reumatoid artritis lunak dan terdapat di dalam dan sepanjang tendon yang memberikan fungsi ekstensi pada sendi. Benjolan pada gout keras dan terletak dalam dan tepat di sebelah kapsul sendi itu sendiri. Kadang mengalami ruptur, mengeluarkan kristal asam urat putih ke permukaan kulit. Benjolan osteoartritis keras dan tidak nyeri dan merupakan pertumbuhan tulang baru akibat destruksi permukaan kartilago pada tulang dalam kapsul sendi. Biasanya ditemukan pada lansia.
Kadang ukuran sendi menonjol akibat atrofi otot di proksimal dan distal sendi. Sering terlihat pada reumatoid artritis sendi lutut, dimana otot kuadrisep dapat mengalami atrofi secara dramatis. Biasanya sendi dijaga tidak bergerak untuk menghindari rasa nyeri, dan otot-otot yang memberikan fungsi sendi akan mengalami atrofi karena disuse.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.   Sinar X
Penting untuk mengevaluasi pasien dengan kelainan muskuloskeletal. Sinar XX tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan hubungan tulang. Sinar X multipel diperlukan untuk pengkajian struktur yang sedang diperiksa. Sinar X korteks tulang menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan, dan tanda iregularitas. Sinar X sendi dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas, spur, penyempitan, dan perubahan struktur sendi.

b.   Computed Tomography (CT Scan)
Menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon.


c.   Magnetic  Resonance Imaging (MRI)
adalah teknik pencitraan khusus, non invasif, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas, misalnya tumor atau penyempitan jaringan lunak melalui tulang.

d.   Artrografi
Merupakan penyuntikan bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga sendi  untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran pergerakannya sementara itu diambil gambar sinar X serial. Artrogram sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul sendi atau ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul, dan pergelangan tangan. Bila terdapat robekan, bahan kontras akan mengalami kebocoran keluar dari sendi dan akan terlihat dengan sinar X. Setelah dilakukan artrogram, biasanya sendi diimobilisasi selama 12-24 jam dan diberi balut tekan elastis. Diberikan usaha untuk meningkatkan rasa nyaman sesuai kebutuhan.

e.   Artrosentesis (aspirasi sendi)
Dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan pemeriksaan atau untuk menghilangkan nyeri akibat efusi. Dengan menggunakan teknik aseptis, dokter memasukkan jarum ke dalam sendi dan melakukan aspirasi cairan. Kemudian dipasang balutan steril setelah dilakukan aspirasi.
Normalnya cairan sinovial jernih, pucat berwarna seperti jerami dan volumenya sedikit. Cairan tersebut kemudian diperiksa secara makroskopis mengenai volume, warna, kejernihan, dan adanya bekuan musin. Diperiksa juga secara makroskopis jumlah sel, identifikasi sel, pewarna Gram, dan elemen penyusunnya. Pemeriksaan cairan sinovial sangat berguna untuk meniagnosis reumatoid artritis dan atrofi inflamasi lainnya dan dapat memperlihatkan adanya hemartrosis (perdarahan dalam rongga sendi), yang mengarahkan ke trauma atau kecendrungan perdarahan.

f.    Artroskopi
Merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan pandangan langsung ke dalam sendi. Prosedur ini dilaksanakan dalam kamar operasi dalam kondisi steril, perlu dilakukan dalam kamar operasi dalam kondisi steril, perlu dilakukan injeksi anestesi lokal ataupun dengan anestesi umum. Jarum bore besar dimasukkan dan sendi diregangkan dengan salin. Artroskop kemudian dimasukkan dan struktur sendi, sinovium, dan permukaan sendi dapat dilihat. Setelah prosedur ini, luka ditutup dengan balutan steril. Sendi dibalut dengan balutan tekan untuk menghindari pembengkakan. Bila perlu diletakkan es untuk mengurangi edema dan rasa tidak nyaman.
Secara umum, sendi tetap diekstensikan dan dielevasi untuk mengurangi pembengkakan. Pasien dianjurkan untuk emmbatasi aktifitas setelah prosedur. Fungsi neurovaskular dipantau. Analgesik dapat diberikan untuk memantau rasa tidak nyaman. Komplikasi jarang, tetapi dapat mencakup infeksi, hemartrosis, tromboflebitis, kaku sendi, dan penyembuha luka yang lama.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.   Nyeri akut / kronis brhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan proses inflamasi.
2.   Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.
3.   Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
4.   Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktivitas nyeri pada saat bergerak.
5.   Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan tugas – tugas umum.
6.   Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, terapi, perawatan, ditandai dengan pengungkapan adanya masalah.
                          
C.     Perencanaan
1.   Nyeri akut / kronis brhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan proses inflamasi.
Intervensi:
·         Kaji keluhan nyeri (lokasi, intensitasnya)
Rasional :  membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan kefektifan program
·         Sarankan klien menggunakan matras/kasur keras, dan bantal kecil
Rasional :  matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit.
·         Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
Rasional :  mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi
·         Motivasi klien untuk sering merubah posisi
Rasional :  mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi
·         Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman
Rarional :  pada penyakit yang berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri
·         Beri massase lembut
Rasional :  meningkatkan relaksasi / mengurangi tegangan otot.
·         Ajarkan manajemen stress, seperti teknik relaksasi
Rasional :  meningkatkan relaksasi, memberikan rasa control dan kemampuan koping.
·         Kolaborasi dalam pemberian obat – obatan sesuai petunjuk
Rasional :  sebagai anti imflamasi

2.   Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot,
Intervensi:
·         Kaji tingkat inflamasi / rasa sakit pada sendi
Rasional :  tingkat aktivitas tergantung dari perkembangan penyakit
·         Bantu dengan rentang gerak aktif / pasif.
Rasional :  mempertahankan / meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot.
·         Dorong klien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
Rasional :  memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan mobilitas
·         Modifikasi lingkungan
Rasional :  menghindari cedera akibat kecelakaan
·         Kolaborasi cedera akibat kecelakaan.
Rasional :  berguna dalam memformulasikan program latihan.


3.   Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
Intervensi:
·         Diskusikan kebiasaan pola dan kebutuhan tidur
Rasional :  gangguan tidur mengakibatkan gangguan fungsi kognitif, persepsi dan penurunan control emosi. Ini juga menurunkan ambang nyeri mengurangi produksi penurunan katekolamin.
·         Dorong klien untuk melaksanakan ritual menjelang tidur, seperti mambaca atau minum hangat
Rasional :  membantu meningkatkan relaksasi dan menyiapkan tidur
·         Lakukan tindakan penghilang nyeri sebelum tidur
Rasional :  klien dengan penyakit inflamasi sendi sering mengalami gejala memburuk pada malam hari.
·         Anjurkan posisi sendi yang tepat
Rasional :  posisi yang tepat mencegah nyeri selama tidur.
·         Ciptakan tidur tanpa gangguan untuk memungkinkan siklus tidur lengkap.
Rasional :  siklus tidur mempunyai interval 70 – 100 menit.

4.   Deficit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktivitas nyeri pada saat bergerak.
Intervensi:
·         Pertahankan mobilitas, control terhadap nyeri dan program latihan
Rasional :  mendukung kemandirian fisik / emosional
·         Diskusikan hambatan dalam partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi / rencana untuk modifikasi lingkungan.
Rasional :  meningkatkan kemadirian
·         Kolaborasi : konsul dengan ahli terapi okupasi.
Rasional :  berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual






5.    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan tugas – tugas umum
Intervensi:
·         Diskusikan arti dari kehilangan / perubahan pada klien / orang terdekat, bagaimana pandangan pribadi klien dalam fungsi gaya hidup sehari – hari.
Rasional :  mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan intervensi.
·         Perhatikan prilaku menarik diri, telalu memperhatikan perubahan.
Rasional :  dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive.
·         Bantu klien untuk mengidentifikasi koping adaptif
Rasional :  membantu klien untuk mempertahankan control diri
·         Ikut sertakan klien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas
Rasional :  meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian dan partisipasi dalam terapi.
·         Kolaborasi : rujuk pada konseling psikiatri.
Rasional    :     klien / orang terdekat membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang.

6.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, terapi, perawatan.
Intervensi:
·         Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan.
Rasional :  memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
·         Tekankan pentingnya patuh pada terapi farmakologis
Rasional    :     keuntungan penggunaan obat – obatan tergantung pada ketepatan dosis.
·         Berikan informasi mengenai alat bantu
Rasional :  mengurangi penggunaan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan.
·         Dorong untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar, baik pada saat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas.
Rasional :  mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup klien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri.
·         Jelaskan pentingnya diet seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi.
Rasional :  meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan atau regenerasi



























BAB III
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
-       Sendi (artikulasi) adalah pertemuan dua buah tulang atau beberapa tulang kerangka.
-       Secara umum, sendi dibedakan menjadi tiga macam, antara lain: sinartrosis, amfiartrosis, dan diartrosis.
-       Pergerakan sendi banyak ditentukan oleh permukaan persendian.
-       Aktivitas motorik dari fungsi sistem pergerakan diatur oleh saraf, tulang, sendi, dan otot yang terbentuk saling menunjang dalam suatu kerjasama untuk melakukan suatu kegiatan dan pergerakan.

B.     SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita tentang struktur dan fungsi system artikuler. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terima Kasih,,.