Sabtu, 30 April 2011

Tips Ramping Tanpa Diet

INGIN sukses raih tubuh aduhai tanpa repot jalani diet? Tentu semua orang menginginkannya. Jika Anda tertarik untuk melakukannya, ikuti petunjuk ini.

Agenda diet menjadi pilihan banyak orang untuk menurunkan berat badan mereka dan mewujudkan hasrat untuk meraih bodi ramping seperti yang mereka idamkan. Namun, sesi diet yang cukup ketat kerap membuat enggan para wanita melakukannya. Alih-alih menjalani diet, yang terjadi justru tubuh menjadi terserang sakit karena menahan lapar. Padahal kunci diet bukanlah menahan lapar, namun memperbaiki pola makan dan mengurangi asupan dari porsi biasanya dengan tetap memerhatikan kandungan nutrisi yang diasup.

Nah, jika Anda dibuat takut oleh bahaya kelaparan, sebaiknya lakukan saja langkah seperti di bawah ini, seperti ditulis HealtMeUp.

Konsumsi sayuran

Penelitian menunjukkan bahwa ketika berbagai makanan terhidang di depan meja, kita cenderung makan lebih banyak. Oleh karena itu, mengganti hidangan yang tinggi lemak pada menu Anda dengan sayuran adalah langkah terbaik. Makanlah sayuran hijau lebih dari dua kali setiap harinya dan Anda pun akan merasa puas dengan hasil yang didapat tanpa perlu bersusah payah menjalani diet.

Makan perlahan-lahan

Ambil jeda dari jadwal makan yang seharusnya dan nikmatilah sesi makan Anda dengan tenang. Kunyahlah makanan secara perlahan-lahan dan nikmati setiap gigitan makanan Anda. Melahap dengan tergesa-gesa hanya membuat Anda makan banyak dari biasanya.

Pilih gandum utuh yang belum diproses

Pilihlah sumber makanan gandum utuh dalam asupan sehari-hari. Makanan dari gandum akan meningkatkan lipid Anda (rendah kolesterol jahat), sehingga membantu Anda menurunkan berat badan. Selain itu, konsumsi pula jenis makanan biji-bijian agar lebih sehat.

Fokus pada target Anda

Apakah Anda memiliki celana jins yang ingin dikenakan kembali? Atau gaun yang sudah lama Anda gunakan dan tidak terpakai lagi karena sudah tak lagi bersahabat dengan tubuh Anda. Nah, jika ingin menggunakannya kembali, gantunglah cita-cita setinggi-tingginya. Tanamkan keinginan bahwa semua busana tersebut dapat muat dipakai kembali. Jadi, setiap kali Anda dihadapkan pada makanan yang menggoda seperti kentang goreng, burger, ayam goreng dan sebagainya, keinginan tersebut pun perlahan pupus karena terbenamkan dengan keinginan agar pakaian Anda muat kembali.

Bawa makan siang ke kantor

Bawalah selalu bekal makan siang saat Anda bekerja atau bawalah selalu kotak buah ketika Anda melakukan piknik. Kemudian bawa juga beberapa roti, yoghurt rendah lemak dalam perjalanan Anda. Membawa makanan sehat akan membantu Anda meraih impian memiliki bodi ramping. Jadi, Anda dapat melewatkan kebiasaan untuk makan di kafetaria kali ini dan Anda pun dapat menikmati takaran makan serta menu yang sesuai dengan kebutuhan. Jika memasak di pagi hari menjadi aktivitas yang terburu-buru untuk dilakukan, Anda bisa mencoba memersiapkan makanan tersebut malam sebelumnya sehingga memudahkan membawanya di pagi hari.

Minum teh hijau

Meskipun belum dikonfirmasi, beberapa studi yang dilakukan menunjukkan bahwa teh hijau dapat meningkatkan kemampuan tubuh membakar kalori lebih besar melalui phytochemical yang disebut catechin.

Jalan kaki 20 menit tiap hari

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa berjalan selama 20 menit sehari (kira-kira satu mil) dapat membantu Anda membakar sebanyak 100 kalori lebih. Jadi, turunlah dari bus yang Anda tumpangi sebelum tujuan dan gunakan sisa jarak tersebut dengan berjalan kaki. Gunakan tangga dan bukan lift atau parkirlah mobil agak jauh dari pintu masuk saat Anda berbelanja ke mal.

Makan dalam piring kecil

Jika Anda memilih piring 10 inci, bukan 12 inci, pikiran Anda hanya akan terfokus pada ukuran tersebut. Padahal besarnya piring akan memengaruhi takaran makan Anda. Jadi jangan memenuhi naluri untuk makan banyak, tetapi sesuaikan saja dengan kebutuhan. Untuk mengantisipasinya, gunakan piring yang tidak terlalu besar sehingga makanan yang masuk di dalamnya pun tidak terlalu banyak.

Cerdas saat memilih menu di restoran

Makan di restoran mungkin bisa menghancurkan pola makan seimbang yang telah Anda jalani sebelumnya. Sebelum hal tersebut mengancam Anda, berbagilah menu appetizer dengan teman Anda saat makan di restoran. Kemudian mintalah porsi separuh untuk pemesanan menu utama.

Jumat, 08 April 2011

GOLONGAN DARAH


PEMBAHASAN
GOLONGAN DARAH
Golongan darah sesorang mempunyai arti penting dalam kehidupan karena golongan darah itu keturunan (herediter).
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.
Penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO, Rhesus( factor Rh) , system MN. Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.
      Sampai saat ini telah ditemukan cukup banyak system golongan darah, tetapi disini hanya akan diterangkan beberapa saja yang dianggap penting untuk diketahui sebagai dasar.
A.     PENGGOLONGAN DARAH

1.    Golongan darah system ABO

Darah itu terdiri dari 2 komponen, yaitu sel-sel (antara lain eritrosit dan leukosit dan cairan (plasma). Plasma dikurangifibrinogen (protein untuk pembekuan darah) merupakan serum. Dalam abad 18 pada tahun mulai dilakukan transfuse darah terjadilah kematian pada resipien (penerima darah) tanpa diketahui sebab-sebabnya. Akan tetapi Dr. Karl Landstiner dalam tahun 1901 yang bekerja di laboratorium di Wina menemukan bahwa sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu akan mangumpal (beraglutinasi) dalama kelompok-kelompok yang dapat dilihat dengan mata telanjang, apabila dicampur dengan serum dari beberapa orang, tetapi tidak dengan semua orang. Kemudian diketahui bahwa dasar dari menggumpalnya eritrosit tadi ialah adanya reaksi antigen-antibodi. Apabila suatu substansi asing (disebut antigen) disuntikkan ke dalam aliran darah dari seekor hewan akan mengakibatkan terbentukknya antibody tertentu yang akan bereksi dengan antigen. Suatu antibody itu sangan spesifik untuk antigen tertentu. Terbentuknya antibody demikian itu tergantung dari masuknya anatigen asing. Selain dengan cara demikian, antibody itu tidak akan dibentuk. System demikian itu merupakan dasar dari imunisasi maupun untuk reaksi alergi. Sebaliknya ada pula antibody yang dibentuk secara alamiah di dalam darah meskipun antigen yang bersangkutan tidah ada. Antibody alamiah inilah yang mengambil peranan dalam golongan darah manusia, terutama dalam golongan darah A,B,AB dan O yang amat penting. Tergantung dari sifatnya antigen dan antibody dapat dibedakan.

1). Antitoksin, ialah antibody yang mempunyai daya menetralisir antigen yang bersifat sebagai racun, seperti yang dihasilkan oleh tipoid, kolera, stapilokokus dan bakteri lainnya serta racun ular.
2). Lisin, ialah antibody yuang merusak apabila antigen yang masuk adalah berupa sel-sel.
3). Agglutinin ialah antibody yang menyebabkan penggumpalan (aglutinasi dari sel-sel).
Golongan darah (fenotif)
Antigen dalam eritrosit
Antibody dalam serum
A
B
AB
O
A
B
A dan B
-
Anti-B
Anti-A
-
Anti-A dan Anti-B

Dri table di atas dapat diketahui bahwa orang yang memioliki anti gen A tidak memiliki anti-A, melainkan anti-B orang yang memiliki antigen B mamiliki anti-A. jika antigen A bertemu dengan anti-A, demikian pula antigen B bertemu dengan anti-B sel sel darah merah menggumpal atau beraglutinasi dan mengakibatkan kematian. Orang yang tidak memiliki antigen A maupun antigen B dalam eritrositnya dinyatakan bergolongan darah O dan serum darahnya mengandung anti-A dan anti-B sebaliknya bila serum darah tidak mengandung antibody sama sekali maka eritrosit mengandung antige A dan antigen B termasuk golongan darah AB.
Sistem ABO


C:\Documents and Settings\DELLnoteBook\My Documents\My Document\golongan darah\mengetahui gd_files\golongan_darah.gifGolongan darah O, A, B, dan AB mempunyai arti sangat penting untuk keperluan transfuse darah, karena adanya interaksi antara antigen dan antibody dari pemberian darah (donor) dengan penerima darah (resipien) dapat menimbulkan penggumpalan darah (aglutinasi), yaitu bila antigen A bertemu dengan anti A atau antigen B bertemu dengan anti-B.


Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi yang berbeda-beda.

Tabel distribusi golongan darah
Populasi
O
A
B
AB
Suku pribumi Amerika Selatan
100%
-
-
-
Orang Vietnam
45.0%
21.4%
29.1%
4.5%
Suku Aborigin di Australia
44.4%
55.6%
-
-
Orang Jerman
42.8%
41.9%
11.0%
4.2%
Suku Bengalis
22.0%
24.0%
38.2%
15.7%
Suku Saami
18.2%
54.6%
4.8%
12.4%


Tabel pewarisan golongan darah kepada anak
Ibu/Ayah
O
A
B
AB
O
O
O, A
O, B
A, B
A
O, A
O, A
O, A, B, AB
A, B, AB
B
O, B
O,A,B,AB
O,B
A, B, AB
AB
A, B
A, B, AB
A, B, AB
A, B, AB



2.    Golongan darah system rhesus ( Rh )

Factor Rh (singkatan dari Rhesus) yang kini sangat terkenal ditemukan oleh Lansdteiner dan Wiener dalam tahun 1940. Dikatakan bahwa apabila seekor kelinci disuntik dengan darah dari kera Macaca rhesus, maka kelinci membentuk antibody. Antibody ini akan menyebabkan menggumpalnya eritrosit dari semua kera rhesus.
 Ini berarti bahwa di permukaan eritrosit dari kera itu terdapatt antigen yang disebutnya antigen-Rh. Jika anti serum dari kelinci yang mengandung anti-Rh itu digunakan untuk membuat tes Rhh pada darah manusia, ternyata bahwa orang dibedakan atas dua kelompok:

1.      Orang yang darahnya menunjukan reksi positif, artinya terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan anti-Rh, digolongkan sebagai orang Rh-positif (disingkat Rh+). Berarti mereka ini memiliki antigen-Rh. Rh positif adalah eritrosit yang mengandung antigen factor Rhesus, sedangkan Rh negative adalah eritrosit yang tidak mengandung antigen factor rhesus. Penggumpalan darah terjadi apabila darah Rh positive di transfusikan pada orang yang mempunyai Rh negative.

2.      Orang yang darahnya menunjukan reaksi negative digolongkan sebagai orang Rh-negatif (disingkat Rh-). Berarti mereka ini tidak memiliki antigen-Rh.
Kira-kira 85% dari orang kulit putih di Amerika Serikat bersifat Rh+ , sedang pada populasi orang kulit hitam dinegara yang sama jumlah itu kira-kira lebih dari 91%. Di Indonesia belum pernah diadakan penelitian secara menyeluru, tetapi data dari beberapa daerah menunjukan bahwa dinegara kita persentase orang Rh+ sangat rendah. Kita beruntung, karena nanti akan diuraikan tentang bahaya yang perlu diperhitungkan. System Rh ini diatur oleh satu gen yang terdiri atas dua alel, yaitu Rh positif ( Rh= dominan)dan Rh negative ( Rh resesif). Rh dominan terhadap rh.individu yang memiliki Rh positif, genetiknya adalah RhRh atau Rhrh.
Golongan system Rhesus berpengaruh pada perkembangan janin karena apabila terjadi pewarisan rhesus positif di dalam rahim ibu yang Rhesus negative dapat menyebabkan keguguran karena penggumpalan darah.
Chown dalam tahu  1954 membuktikan bahwa setelah bayi Rh positif itu lahir terdapatlah eritrosit-eritrosit fetus yang mengandung antigen-Rh didalam aliran darah ibu. Ini disebabkan karena urat darah plasenta dan sel-sel jaringan sekelilingnya pecah di waktu bayi baru lahir.
Pada kehamilan berikutnya dan seterusnya ,ketidaksesuaian Rh ( inkompatibilitas  Rh) akan terulang karena fetus bersifat Rh positif lagi. Reaksi antigen Rh fetus dengan anti Rh dari ibu berlangsung didalam eritrosit fetus dan menyebabkan eritrosit rusak . bayi mempunyai banyak sekali eritroblast  ( sel-sel darah merah yang tidak masak ), memiliki kelebihan jaringan pemebentuk darah yang meneyebabkan hati,limfa, dan organ lainnya membengkak. Kecuali itu akibatnya rusaknya eritrosit fetus Rh positif terbentuklah kelebihan zat bilirubin yang kemudian masuk ke sirkulasi darah ibu . anak yang lahir tidak tahan terhadap kelebihan bilirubin itu. Bila kelebihan bilirubin itu tidak dihilangkan , bilirubin tertimbun dan menyebabkan penyakit kuning. Kulit bayi tampak berwarna kuning dan otak pun rusak. Penyakit yang terkenal pada bayi ini dinamakan eritroblast fetalis. Biasanya bayi mengalami abortus atau lahir dalam kedaan matiatau dapat hidup beberapa hari saja.
Pencegahan eritroblastosis fetalis
Antigen D pada system golongan darah Rh merupakan sumber masalah utama yang menyebabkan timbulnya reaksi imun dari darah ibu dengan Rh negative terhadap darah janin dengan Rh positif.  Pada tahun 1970, penurunan insidens eritroblastosit yang dramatis dicapai dengan pengembangan globinimmunoglobulin Rh, suatu antibody anti D yang dimasukkan kedalam darah ibu yang hamil, dan dimulai dari usia kehamilan 28-30 minggu. Antibody anti D juga dimasukkan kedalam darah ibu dengan Rh negative yang melahirkan bayi dengan Rh positif untuk mencegah sensitisasi ibu terhadap antigen D. hal tersebut sangat mengurangi resiko terbentuknya sejumlah besar antibody D selama kehamilan berikutnya.
Mekanisme yang digunakan globin immunoglobulin Rh untuk mencegah sensitisasi terhadap antigen D tidak sepenuhnya dipahami, namun salah satu efek antibody anti D adalah menghambat produksi antibody yang terinduksi antigen dari limfosit B pada ibu yang hamil. Anti bodi anti D yang dimasukkan juga menempel ditempat pengikatan antigen D pada sel darah merah janin dengan Rh positif yang dapat menembus plasenta dan memasuki sirkulasi ibu. Hal tersebut dengan demikian, akan mengganggu respon imun terhadap antigen D.
Akan lain halnya bila suami itu Rh- positif heterozigot ( Rr) karena ank-anak mempunyai kemungkinan Rh- positif sebanyak 50% dan Rh- negative 50%.

                        P = Rr                          x                      rr
                             Rh- positif                      Rh- Negatif
                        F1        Rh= Rh- positif ( 50%)
                                    rr = rh- negative ( 50%)
Pencegahan pembentukan antibody anti – Rh
Pada permualaan tahun 1960-an di Amerika Serikat dan Inggris secara terpisah telah ditemukan cara yang efektif untuk mengurangi bahaya Rh, yaitu dengan jalan member suntikan yang dapat menghalangi-halangi terbentuknya anti- Rh biasanya berlangsung selama kelahiran anak Rh + , yaitu ketika eritrosit + masuk ke dalam aliran darah ibu , maka pada saat itu dapat diusahakan agar ibu tidak membentuk anti- Rh. Bagian dari darah yang membawa antibody, gamma globulin, dipisahkan dari orang yang menghasilkan antibody Rh+, dikonsentrasikan dan kemudian disuntikan kepada ibu- ibu Rh- ynag memiliki anak Rh+ dalam waktu 72 jam setelah bayi lahir. Pembentukan antibody ditekan rendah karena antibody yang disuntikan mengelilingi sel-sel Rh + dari fetus di dalam sirkulasi  darah ibu dan mencegah terbentuknya lebih banyak antibody.

3.    Golongan Darah Sistem MN
Golongan darah system MN ditemukan melalui eksperimen dengan menggunakan serum untuk beberapa orang yang berbeda golongan darahnya. Berdasarkan system MN, golongan darah terbagi atas tiga golongan, sebagai berikut.
1.      Golongan darah M : mengandung antigen M, bergenotipe MMMM.
2.      Golongan darah N ; mengandung antigen N, bergenotipe MNMN.
3.      Golongan darah MN : mengandung antigen M dan N, bergenotipe MMMN.
Pada golongan darah system MN tidak ada dominasi.

B.     DONOR DARAH

Donor darah adalah proses dimana penyumbang darah secara suka rela diambil darahnya untuk disimpan di bank darah, dan sewaktu-waktu dapat dipakai pada transfusi darah.
Donor darah biasa dilakukan rutin di pusat donor darah lokal. Dan setiap beberapa waktu, akan dilakukan acara donor darah di tempat-tempat keramaian, misalnya di pusat berbelanja, kantor perusahaan besar, tempat ibadah, serta sekolah dan universitas. Pada acara ini, para calon pendonor dapat menyempatkan datang dan menyumbang tanpa harus pergi jauh atau dengan perjanjian. Selain itu sebuah mobil darah juga dapat digunakan untuk dijadikan tempat menyumbang. Biasanya bank darah memiliki banyak mobil darah.
Donor darah dapat dilakukan di cabang cabang PMI terdekat dan tersebar diseluruh Indonesia, silakan klik link ini untuk melihat alamat terdekat dengan kota atau wilayah anda tinggal.
Ada dua macam donor darah yaitu :
1.    Donor keluarga atau Donor Pengganti adalah darah yang dibutuhkan pasien dicukupi oleh donor dari keluarga atau kerabat pasien.
2.    Donor Sukarela adalah orang yang memberikan darah, plasma atau komponen darah lainnya atas kerelaan mereka sendiri dan tidak menerima uang atau bentuk pembayaran lainnya. Motivasi utama mereka adalah membantu penerima darah yang tidak mereka kenal dan tidak untuk menerima sesuatu keuntungan
1.    Dipandang dari donor darah :
Golongan darah AB dapat memberi darah kepada AB
Golongan darah A kepada A dan AB
Golongan darah B kepada B dan AB
Golongan darah O adalah donor umum untuk ke semua golongan.

2.    Resipien :
Golongan AB adalah resipien umum
Golongan A dapat menerima dari golongan A dan O
Golongan B dapat menerima dari golongan B dan O
Golongan O dari O
3.    Manfaat darah donor bagi penerima (resipien)
Sekantong darah yang didonorkan seringkali dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Darah adalah komponen tubuh yang berperan membawa nutrisi dan oksigen ke semua organ tubuh, termasuk organ-organ vital seperti otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan hati.
Jika darah yang beredar di dalam tubuh sangat sedikit oleh karena berbagai hal, maka organ-organ tersebut akan kekurangan nutrisi dan oksigen. Akibatnya, dalam waktu singkat terjadi kerusakan jaringan dan kegagalan fungsi organ, yang berujung pada kematian.
Untuk mencegah hal itu, dibutuhkan pasokan darah dari luar tubuh. Jika darah dalam tubuh jumlahnya sudah memadai, maka kematian dapat dihindari.
4.    Penerima darah adalah:
Ada berbagai macam kondisi dan penyakit yang membutuhkan transfusi darah. Beberapa diantaranya adalah :
1.           Luka yang menimbulkan perdarahan hebat, misalnya kecelakaan mobil, luka sayat, luka tusuk, luka tembak, dll.
2.           Pembedahan yang menyebabkan keluarnya darah dalam jumlah besar, misalnya pembedahan jantung, pembedahan perut, dll.
3.           Penyakit tertentu seperti penyakit hati (liver), penyakit ginjal, kanker, anemia defisiensi besi, anemia sel sabit, anemia fanconi, anemia hemolitik, anemia aplastik, talasemia, hemofilia, trombositopenia, dll.
5.    Manfaat mendonorkan Darah:
Bagi pendonor sendiri banyak manfaat yang dapat dipetik dari mendonorkan darah. Beberapa diantaranya adalah :
1.           Mengetahui golongan darah. Hal ini terutama bagi yang baru pertama kali mendonorkan darahnya.
2.           Mengetahui beberapa penyakit tertentu yang sedang di derita. Setidaknya setiap darah yang didonorkan akan melalui 13 pemeriksaan (11 diantaranya untuk penyakit infeksi). Pemeriksaan tersebut antara lain HIV/AIDS, hepatitis C, sifilis, malaria, dsb.
3.           Mendapat pemeriksaan fisik sederhana, seperti pengukuran tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan.
4.           Mencegah timbulnya penyakit jantung. Hasil penelitian yang mendukung pernyataan ini dapat di baca di sini dan di sini.
6.    Efek samping mendonorkan darah:
Sejauh ini tidak ditemukan catatan medis secara internasional tentang gejala atau efek samping pada orang yang melakukan donor darah, gejala yang paling mungkin terjadi setelah mendonor adalah sedikit pusing dan mengantuk itu adalah wajar dan biasanya dengan istirahat khususnya tidur yang cukup maka tubuh akan pulih kembali.
Jadi mendonor darah adalah kegiatan yang aman, selain peralatan yang digunakan adalah sekali pakai, juga steril dan anda tidak mungkin tertular suatu penyakit karena mendonorkan darah anda.
7.    Syarat calon pendonor darah :
*   Umur 17 - 60 tahun
*    Berat badan 50 kg atau lebih
*   Kadar Hemogblin 12,5 g/dl atau lebih
*    Tekanan darah 120/140/80 - 100 mmHg
*   Nadi 50-100/menit teratur.
*   Tidak berpenyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, kencing manis, penyakit perdarahan, kejang, kanker, penyakit kulit kronis.
*   Tidak hamil, menyusui, menstruasi (bagi wanita)
*   Bagi donor tetap, penyumbangan 5 (lima) kali setahun.
*   Kulit lengan donor sehat.
*   Tidak menerima transfusi darah/komponen darah 6 bulan terakhir.
*   Tidak menderita penyakit infeksi ; malaria, hepatitis, HIV/AIDS.
*   Bukan pencandu alkohol/narkoba
*   Tidak mendapat imunisasi dalam 2/4 bulan terakhir.
Selain itu seorang calon donor akan diperiksa kalau kalau mempunyai gejala sedang sakit dan tidak memenuhi syarat untuk mendonor antara lain:
- Tanda tanda yang penting seperti, tekanan darah, detak jantung, suhu badan. Seorang yang sedang terkena demam, tekanan darah tinggi, denyut yang sangat cepat atau lambat (kecuali seorang atlit atau olahragawan) dan denyut jantung yang tidak normal.

- Test darah, sedikit contoh darah calon donor akan diambil dari jari dan di test untuk mengetahui jumlah sel darah merahnya atau jumlah hemoglobin dalam darah. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa di donor tidak mengalami anemia atau akan mengalami anemia atau kekurangan Zat besi pada saat setelah mendonorkan darahnya.
Seseorang dengan tingkat hemoglobin yang sangat rendah tidak diizinkan untuk melakukan donor darah.Selain itu anda juga diminta mengisi formulir yang menyatakan bahwa anda:
Tidak mempunyai gangguan penyakit hati atau paru paru atau penyakit pada darah, kondisi medis lainnya adalah ibu yang sedang mengandung atau 6 bulan setelah melahrikan belum boleh mendonorkan darahnya. Jangan lakukan donor darah apabila anda mempunyai gejala:
Ø      AIDS: anda adalah seorang dengan gejala atau menurut test laboratorium anda mengidap infeksi HIV
Ø      CANCER: Hematological seperti Hodgkin, Leukemia (kangker darah putih), Lymphomas (kangker pada lymph nodes)
Ø      HEPATITIS: Punya riwayat pernah terkena hepatitis setelah usia 11 tahun atau menurut pemeriksaan lab positif terkena hepatitis karena virus.
Ø      ORGAN FAILURE: Gagal ginjal, penyakit paru paru atau gangguan pada hati
Ø      DRUG USER: anda sesekali menyuntik tubuh anda dengan obat yang yang diluar resep dokter.

8.    Darah yang harus diberikan :
Untuk ukuran tubuh yang sehat biasanya darah bisa didonorkan (sesuai ukuran kantung darah) mulai dari 250 ml, 350ml dan 500ml berdasarkan standar Internasional. Anda tidak perlu khawatir karena kondisi berkurangnya darah tersebut akan pulih dalam waktu 24 jam dengan syarat cukup istirahat dan tidak melakukan aktifitas yang terlalu berat. Waktu donor atau pengambilan darah biasanya sekitar 10 menit atau lebih. Perlu anda ketahui bahwa 1 Kantong darah anda bisa menyelamatkan 1 hingga 3 orang.

Apabila anda telah melakukan donor darah maka secara normal tubuh akan kembali siap untuk melakukan donor kembali setelah 56 hari kecuali seorang wanita yang mengalami periode mestruasi membutuhkan waktu yang lebih lama karena kekurangan persediaan Zat besi pada saat terbuangnya sel darah merah. Untuk amannya PMI di Indonesia menerapkan aturan setelah 3 bulan sekali boleh mendonor kembali.
8.    Yang tidak boleh mendonorkan darah
Seseorang tidak boleh mendonorkan darahnya jika :
  1. Pernah menderita hepatitis B.
  2. Menderita tuberkulosis, sifilis, epilepsi dan sering kejang.
  3. Ketergantungan obat, alkoholisme akut dan kronik.
  4. Dalam jangka waktu 1 tahun: sesudah operasi besar, sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies terapeutik, atau sesudah transplantasi kulit.
  5. Dalam jangka waktu 6 bulan: sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis, sesudah transfusi, sesudah tattoo/tindik telinga, sesudah persalinan, atau sesudah operasi kecil.
  6. Dalam jangka waktu 2 minggu: sesudah vaksinasi virus hidup parotitis, measles, tetanus toksoid.
  7. Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang.
  8. Sedang hamil atau menyusui.
  9. Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.
  10. Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, kolera, tetanus difteri.
  11. Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk.
  12. Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD, thalasemia, polisitemiavera.
  13. Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril)
  14.  Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.


C.     ANTIGENISITAS DAN REAKSI- REAKSI IMUN SEL DARAH
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
  • Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
  • Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
  • Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
  • Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.
Proses Aglutinasi
Bila darah yang tidak cocok dicampur sehingga agglutinin plasma anti-A atau anti-B dicampur dengan sel darah merah yang mengandung aglutinogen A atau B, sel darah merah akan mengalami aglutinasikarena agglutinin melekatkan diri pada sel darah merah. Karena agglutinin mempunyai dua tempat pengikatan (Tipe IgG) atau 10 tempat pengikatan (Tipe IgM), maka satu agglutinin dapat melekat pada dua atau lebih sel darah merah pada waktu yang sama, dengan demikian menyebabkan sel tersebut melekat bersama dengan agglutinin.
Keadaan ini menyebabkan sel-sel menggumpal, yang merupakan proses aglutinasi. Kemudian gumpalan ini menyumbat pembuluh darah kecil diseluruh system sirkulasi. Selama beberapa jam sampai beberapa hari berikutnya, baik gangguan fisik sel maupun serangan oleh sel darah putih fagositik akan menghancurkan sel-sel yang teraglutinasi, yang akan melepaskan hemoglobin ke dalam plasma, yaitu suatu keadaan yang disebut Hemolisis” sel darah merah.
Antigeinogen A dan B Aglutinogen
Dua antigen tipe-A dan tipe-B terdapat pada permukaan sel darah merah pada sejumlah besar manusia. Antigen-antigen inilah (yang disebut juga Aglutinogen  karena sering kali menyebabkan aglutinasi sel darah) yang menyebabkan reaksi transfuse. Karena aglutinogen tersebut diturunkan, orang dapat tidak mempunyai antigen tersebut di dalam selnya, atau hanya mempunyai satu atau keduanya.

D.    TRANSFUSI DARAH

Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah
Darah yang ditransfusikan dapat berupa darah lengkap (whole blood) yang mengandung semua komponen plasma (bagian cair darah) dan seluler (bagian padat darah); ataupun hanya berupa komponen tertentu saja. Komponen darah yang sering ditransfusikan secara spesifik antara lain packed-red-cells (PRC, eritrosit), thrombocyte concentrate (TC, trombosit), kriopresipitat (konsentrat beberapa faktor pembekuan darah seperti fibrinogen dan antihemofilia A), dan fresh frozen plasma (FFP, plasma).
Singkatnya berdasarkan panduan dari apa yang telah dilakukan oleh Landsteiner, pada 1907 sejarah mencatat kesuksesan transfusi darah pertama yang dilakukan oleh Dr. Reuben Ottenberg di Mt. Sinai Hospital, New York.
Berkat keahlian Landsteiner pula banyak nyawa dapat diselamatkan dari kematian saat terjadi Perang Dunia I, dimana transfusi darah dalam skala lebih besar mulai dilakukan. Kemudian, Karl Landsteiner memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO.
Dalam transfusi darah, kecocokan antara darah donor (penyumbang) dan resipien (penerima) adalah sangat penting. Darah donor dan resipien harus sesuai golongannya berdasarkan sistem ABO dan Rhesus faktor.
Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. Hemolisis adalah penguraian sel darah merah dimana hemoglobin akan terpisah dari eritrosit.
Pemilik rhesus negatif tidak boleh ditransfusi dengan darah rhesus positif. Jika dua jenis golongan darah ini saling bertemu, dipastikan akan terjadi perang. Sistem pertahanan tubuh resipien (penerima donor) akan menganggap rhesus dari donor itu sebagai benda asing yang perlu dilawan. Di dunia, pemilik darah rhesus negatif termasuk minoritas.

Tabel kecocokan golongan darah


Tabel kecocokan plasma
Resipien
Donor harus
AB
AB manapun
A
A atau AB manapun
B
B atau AB manapun
O
O, A, B atau AB manapun

Sebelum melakukan transfuse, perlu untuk menentukan golongan darah resipien dan golongan darah donor sehingga kedua darah tersebut dapat dicocokkan dengan benar. Ini disebut penggolongan darah dan pencocokan darah, dan dilakukan dengan cara berikut: mula-mula sel darah merah dipisahkan dari plasma dan diencerkan dengan saline. Kemudian satu bagian dicampurkan dengan aglutinnin anti-A sedangkan bagian yang lain dicampur dengan agglutinin anti-B. Setelah beberapa menit, campuran tadi di priksa dibawah mikroskop. Bila sel darah merah menggumpal artinya , “Traglutinasi” . kita tahu bahwa telah terjadi reaksi antibody-antigen.
Cara transfusi darah
1.     Pengisian Formulir Donor Darah.
2.     Pemeriksaan Darah, Pemeriksaan golongan, tekanan darah dan hemoglobin darah
3.     Pengambilan Darah, Apabila persyaratan pengambilan darah telah dipenuhi barulah dilakukan pengambilan darah.
4.   Pengelolahan Darah, Beberapa usaha pencegahan yang di kerjakan oleh PMI sebelum darah diberikan kepada penderita adalah penyaringan terhadap penyakit di antaranya :
a.    Penyakit Hepatitis
b.    Penyakit HIV/AIDS
c.     Penyakit Hipatitis        
d.    Penyakit Kelamin (VDRL) Waktu yang di butuhkan pemeriksaan darah selama 1-2 jam.
5.     Penyimpanan DarahDarah disimpan dalam Blood Bank pada suhu 26 derajat celcius. Darah ini dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen seperti :PRC, Thrombocyt,Plasma, dan  Cryo precipitat.

Hemolisis akut yang terjadi pada beberapa reaksi transfuse
Kadang-kadang, jika darah resipien dan darah donor tidak cocok, segera terjadi hemolisis sel darah merah dalam darah sirkulasi. Dalam hal ini, antibody menyebabkan lisis sel darah merah dengan mengaktifkan system kompelemen. Yang selanjutnya melepaskan enzim-enzim proteolitik (kompleks litik) yang akan merobek membrane sel. Hemolisis intravascular segera jauh lebih jarang terjadi daripada aglutinasi yang diikuti oleh hemolisis lambat, karena untuk terjadinya proses lisis tersebut, tidak hanya diperlukan titer antibody yang tinggi tetapi juga diperlukan tipe antibody yang berbeda, terutama antibody IgM; antibody ini disebut hemolisin.
Golongan darah Rh
Bersama dengan system golongan darah O-A-B, golongan darah system Rh juga penting dalam mentransfusi darah. Perbedaan utama antara sisitem O-A-B dan system Rh adalah sebagai berikut; pada system O-A-B, agglutinin plasma bertanggung jawab atas timbulnya reaksi transfuse yang terjadi secara spontan, sedangkan pada system Rh, reaksi agglutinin spontan hampir tidak pernah terjadi.sebagai gantinya, orang mula-mula harus terpajan secara massif dengan antigen Rh, misalnya melalui transfuse darah yang mengandung antigen Rh, sebelum terdapat cukup agglutinin untuk menyebabkan reaksi transfusi yang bermakna.
Antigen Rh ( orang dengan Rh positif dan Rh negative). Terdapat 6 antigen Rh yang umum, setiap tipe disebut factor Rh. Tipe-tipe ini ditandai dengan C, D,E, c,d dan e.
TABLE: penggolongan darah, yang memperlihatkan aglutinasi sel dari berbagai golongan darah dengan aglutini anti A atau anti B dalam serum.
Tipe sel dara merah
Serum
Anti- A
Anti-B
O
A
B
AB
-
+
-
+
-
-
+
+

Reaksi tranfusi akibat golongan darah yang tidak cocok
jika darah donor dengan golongan tertentu ditransfusikan kedalam darah resipien dengan golongan darah yang lain, reaksi transfuse yang cenderung terjadi adalah aglutinasi pada sel darah merah dari darah donor. Jarang terjadi bahwa darah yang ditransfusi akan menyebabkan aglutinasi pada sel darah resipien, karena pada alasan berikut: bagian plasma dari darah donor dengan segera akan diencerkan oleh seluruh plasma dari resipien, yang dengan demikian akan menurunkan titer agglutinin yang diinfuskan biasanya.
Kadar aglutinin tersebut diturunkan sampai mencapai jumlah yang sangat rendah untuk dapat menimbulkan aglutinasi. Sebaliknya sejumlah kecil darah yang diinfus tidak mengencerkan agglutinin dalam plasma resipien.oleh karena itu aglutini resipien tetap masih bisa mengaglutinasikan sel-sel donor yang golongan darahnya berlainan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, semua reaksi transfusi akhirnya dapat menyebabkan hemolisis segera akibat hemolisin maupun hemolisis akibat fagositosis sel yang teraglutinasi. Hemoglobin yang dilepaskan dari sel darah merah kemudian diubah oleh sel-sel fagosit menjadi bilirubin kemudian diekskresikan ke dalam empedu oleh hati. Konsentrasi bilirubin dalam cairan tubuh sering kali meningkat cukup tinggi sehingga menyebabkan ikterus yaitu, jaringan interna dan kulit seseorang menjadi berwarna kuning akibat pigmen empedu. Tetapi bila fungsi hati, normal, pigmen empedu akan diekskresikan kedalam usus melalui kanalis biliaris hati sehingga ikterus biasanya tidak timbul pada orang dewasa kecuali jika lebih dari 400 ml darah dihemolisis dalam waktu kurang dari sehari.

Penghentian akut fungsi ginjal setelah reaksi transfuse
Salah  satu efek reaksi transfuse yang paling mematikan adalah penghenrtian fungsi ginjal, yang dapat bermula dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam dan terus berlangsung sampai orang itu mati karena gagal ginjal.

Penghentian fungsi ginjal sepertinya disebabkan oleh 3 hal
1). Reaksi antigen-antibodi dari reaksi transfuse akan mengeluarkan zat toksik yang berasal dari darah yang mengalami hemolisis, yang kemudian menimbulkan fase konstriksi kuat pada ginjal.
2). Hilangnya sel-sel darah merah dari sirkulasi pada resipien disertai produksi zat toksik dari sel yang mengalami hemolisis dan reaksi imun, sering kali menyebabkan syok sirkulasi. Tekanan darah arteri turun sangat rendah dan aliran darah ginjal serta pengeluaran urin menurun.
3). Bila jumlah total hemoglobin bebas yang dilepaskan ke dalam darah sirkulasi lebih besar dari jumlah hemoglobin yang berikatan dengan haptoglobin (suatu protein plasma yang mengikat sejumlah kecil hemoglobin), maka hemoglobin yang berlebihan tersebut akan menerobos membrane glomerulus masuk kedalam tubulus ginjal. Bila jumlah hemoglobin yang masuk ketubulus ini sedikit, hemoglobin tersebut dapat direabsorbsi melalui epitel tubulus masuk kedalam darah dan tidak akan menimbulkan kerusakan, tetapi bila jumlahnya besar hanya sedikit yang direabsorbsi akan tetapi, air didalam tubulus terus menerus direabsorbsi sehingga konsentrasi hemoglobin didalam tubulus dapat meningkat sedemikian tinggi sehingga hemoglobin tersebut mengendap dan menymbat banyak tubulus.
Jadi vasokontriksi ginjal, syok sirkulasi, dan penyumbatan tubulus ginjal, bersama-sama akan menyebabkan penghentian akut fungsi ginjal. Jika penghentian fungsi ginjal ini bersifat total dan tiodak membaik, pasien akan meninggal dalam waktu satu minggu sampai 12 hari, kecuali pasien ini  diobati dengan ginjal buatan.
Transplantasi jaringan organ
kebanyakan antigen sel darah merah yang menyebabkan reaksi transfuse juga terdapat secara luas di dalam sel-sel tubuh yang lain, dan setiap sel jaringan tubuh memiliki komplemen tambahannya masing-masing terhadap antigen. Akibatnya, setiap sel asing yang di transplantasikan ke tubuh resipien dapat menimbulkan reksi imun dengan kata lain, kebanyakan resipien dapat melawan infasi sel-sel jaringan asing seperti halnya perlawanan terhadap invasi bakteri asing atau sel darah asing.