BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem urinary terdiri atas:
a. Ginjal, yang mengeluarkan secret urine.
b. Ureter, yang menyalurkanurine dari ginjal ke kandung kencing.
c. Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung, dan
GINJAL
Terletak pada dinding posterior abdomen, terutama didaerah lumbal, disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, dibelakang peritoneum, dan karena itu diluar rongga peritoneum.
Kedudukan ginjal dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra torakalis terakhir sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri, Karena hati menduduki ruang banyak disebelah kanan. Setiap ginjal panjangnya 6-7,5 cm, dan tebal 1,5-2,5 cm. pada orang dewasa beratnya kira-kira 140 gram.
Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sisi dalamnya atau hilum menghadap ke tulang punggung. Sisi luarnya cembung. Pembuluh-pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilum. Di atas setiap ginjal menjulang sebuah kelenjar suprarenal. Ginajl kanan lebih pendek dan lebih tebal dari yang kiri.
Struktur ginjal. Setiap ginjal dilingkupi kapsul tipis dari jaringan fibrus yang rapat membungkusnya, dan membentuk pembungkus yang halus. Didalamnya terdapat struktur-struktur ginjal. Warnanya ungu tua dan terdiri atas bagian korteks disebelah luar, dan bagian medulla di sebelah dalam. Bagain medulla ini tersusun atas 15-16 massa berbentuk pyramid, yang disebut piramis ginjal. Puncak-puncaknya langsung mengarah ke hilum dan berakhir di kalises. Kalises ini menghubungkannya dengan pelvis ginjal.
Nefron. Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang menrupakan satu-satuan fungsional ginjal; diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Setiap nefron mulai sebgai berkas kapiler (badan Malpighi atau glomerulus) yang erat tertanam dalam ujung atas yang lebar pada uriniferus atau nefron. Dari sini tubulus berjalan sebagian berkelok-kelok dan sebagian lurus. Bagian pertama tubulus berkelok-kelok dan dikenal sebagai kelokan pertama atau tubula proximal dan sesudah itu terdapat simpai, simpai Henle. Kemudian tubula itu berkelok-kelok lagi disebut kelokan kedua atau tubula distal, yang bersambung dengan tubula penampung yang berjalan melintasi korteks dan medulla, untuk berakhir di puncak salah satu piramidis.
Pembuluh darah. Selain tubulus urineferus, struktur ginjal juga berisi pembuluh darah. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta abdominalis ke ginjal. Cabang-cabangnya beranting banyak di dalam ginjal dan menjadi arteriola aferen (arteriolae afferentes) dan masing-masing membentuk sipul dari kapiler-kapiler did lam salah satu badan Malpighi, inilah yang disebut dengan glomerulus. Pembuluh efferent kemudian tampil sebagai arteriola afferent( arteriola afferentes) yang bercabag-cabang membentuk jaringan kapiler sekeliling tubulus urineferus. Kapiler-kapiler ini kemudian bergabung lagi untuk membentuk vena renalis, yang membawa darah dari ginjal ke vena cava inferior. Maka darah yang beredar dalam ginjal mempunyai dua kelompok kapileryang bertujuan agar darah dapat lebih lama beradda disekitar tubulus urineferus, karena fungsi ginjal tergantung dari hal itu.
Fungsi ginjal. Fungsi ginjal adalah pengaturan keseimbangan air, pengaturan konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah, dan ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam. Sekresi urin dan mekanisme fungsi ginjal. Glomerulus adalah saringan. Setiap menit kira-kira 1 liter darah yang mengandung 500 ccm plasma, mengalir melalui semua glomeruli dan sekitar 100 ccm dari itu disaring keluar. Plasma yang berisi semua garam, glukosa, dan benda halus lainnya disaring. Sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat menembusi pori saringan dan tetap tinggal dalam aliran darah.
Cairan yang disaring, yaitu filtrat glomerulus, kemudian mengalir melalui tubula renalis dan sel-selnya menyerap semua bahan yang diperlukan. Dengan mengubah-ubah jumlah yang diresap atau ditinggalkan dalam tubula, maka sel dapat mengatur susunan urin di satu sisi dan susunan darah disisi sebaliknya. Dalam keadaan normal, semua glukosa diabsorbsi, air sebagian diabsorbsi kembali, kebanyakan produk buangan dikeluarkan. Dalam keadaan tertentu tubula menambah bahan pada urin. Sekresi terdiri atas 3 faktor: filtrasi gglomerulus, reabsorbsi tubula, sekresi tubula.
Berat jenis urin tergantung dari jumlah zat yang larut dalam urin atau terbawa dalam urin. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1010. Bila ginjal mengencerkan urin (misalnya sesudah minum air), maka berat jenisnya <1010. Bila ginjal memekatkan urin (sebagaimana fungsinya), maka berat jenis urin naik di atas 1010. Daya pemekatan ginjal diukur menurut berat jenis tertinggi yang dapat dihasilkan, yang seharusnya dapat lebih dari 1025.
Tes fungsi ginjal. Terdapat banyak macam test, tetapi beberapa yang sederhana adalah:
1. Tes untuk protein (albumin)
Bila ada kerusakan pada glomerulus atau tubula, maka protein dapat membocor masuk urin.
2. Mengukur konsentrasi urea darah
Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan ureum, maka ureum darah naik diatas kadar normal (20-40 mg/100ccm) darah. Karena filtrasi glomerulus harus menurun sampai sebanyak 50% sebelum kenaikan kadar urea darah terjadi, maka tes ini bukan tes yang sangat peka.
3. Tes konsentrasi
Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai berapa tinggi berat jenis naik.
URETER
Terdapat dua ureter berupa dua pipa saluran yantg masing-masing bersambung dengan ginjal dan dari ginjal berjalan ke kandung kencing. Tebal setiap ureter, kira-kira setebal tangkai bulu angsa, dan panjangnya 35-40 cm. Terdiri atas dinding luar yang fibrus, lapisan tengah yang berotot dan lapisan mukosa sebelah dalam. Ureter mulai sebagai pelebaran hilum ginjal dan berjalan ke bawah melalui rongga abdomen masuk ke dalam pelvis dan dengan arah oblik bermuara ke dalam sebelah posterior kandung kencing.
KANDUNG KENCING
Kandung kencing bekerja sebagai penampung urin, organ ini berbentuk buah pir (kendi). Letaknya didalam panggul besar, di depan isi lainnya, dan dibelakang simpisis pubis. Pada bayi letaknya lebih tinggi. Bagian terbawah terpancang erat dan disebut basis, bagian atas atau pundus naik kalau kandung mekar karena urine. Puncaknya (apex) mengarah kedepan bawah dan ada dibelakang simpisis pubis. Dinding kandung kencing terdiri atas : sebuah lapisan serus sebelah luar, lapisan berotot, lapisan submukosa, dan lapisan mukosa dari epitelium transisionil (peralihan).
Tiga saluran bersambung dengan kandung kencing. Dua ureter bermuara secara oblik disebelah basis; letak oblik ini menghindarkan urine mengalir kembali kedalam ureter. Uretra keluar dari kandung sebelah depan. Daerah segita antara dua lubang ureter dan uretra disebut segitiga kandung kencing (trigonum vesika urinarius). Pada wanita kandung kencing diantara simpisis pubis, uterus dan vagina. Dari uterus ia dipisahkan oleh lipatan peritonium ruang uterovesikal atau ruang douglas.
URETRA
adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kencing ke lubang luar; dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi kandung kencing. Meatus urinarius terdiri atas serabut otot lingkar yang membentuk sfinkter uretrae. Pada wanita panjang uretranya 2,5 – 3,5 cm, pada pria 17-22,5 cm.
Mikturisi adalah peristiwa pembuangan urine. Karena urine dibuat di dalam maka ia mengalir melalui ureter ke dalam kandung kencing. Keinginan unruk membuang air kecil disebabkan oleh penambahan tekanan di dalam kandung kencing, dan tekanan ini disebabkan oleh isi urine didalam nya. Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170 – 230 ml. Mikturisi adalah gerak refleks yang dapat dikendalikan dan ditahan oleh pusat-pusat persarafan otot abdominal yang menambah tekanan di dalam rongga abdomen dan berbagai organ yang menekan kandung kencing membantu mengosongkannya.
Kandung kencing dikendalikan oleh saraf pelvis, dan serabut saraf simpatis dari pelxus hipogastrik. Ciri-ciri urine yang normal, jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau banyak protein dimakan, sehingga tersedia cukup cairan yang diperlukan untuk melarutkan ureanya.
Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, tetapi adakalanya jonjot lendir tipis nampak terapung di dalamnya. Baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6, berat jenis berkisar dari 1010 sampai 1025.
Komposisi urine normal, urine terutama terdiri atas air, urea dan natrium khlorida. Pada seorang yang menggunakan diit yang rata-rata berisi 80 – 100 gram protein dalam 24 jam, jumlah persen air dan benda padat dalam urine adalah sebagai berikut : Air (96%), Benda padat (terdiri atas 2% dan produk metabolik lain 2%)
Ureum adalah hasil akhir metabolik protein. Berasal dari asam amino yang telah dipindahkan amonianya didalam hati dan mencapai ginjal, dan dieksresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah normal adalah 30 mg setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum.
Asam urat kadar normalnya di dalam darah adalah 2-3 mg setiap 100 ccm, sedangkan 1,5-2 mg setiap hari dieksresikan ke dalam urine. Kreatine adalah hasil buangan kreatin dalam otot. Produk metabolisme lain mecakup benda-benda purine, ooxalat, fosfat, sulfat dan urat. Elektrolit atau garam seperti natrium dan kalium khlorida dieksresikan untuk mengimbangi jumlah yang maasuk melalui mulut.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah Keperawatan Sistem Perkemihan tentang Asuhan Keperawatan Klien dengan Gagal Ginjal Kronik.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal Kronik, meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, serta proses keperawatan.
C. PEMBATASAN MASALAH
Keperawatan Sistem Perkemihan merupakan suatu pembelajaran yang sangat kompleks, namun pada kesempatan kali ini penulis membatasi bahan bahasan yaitu:
- Definisi Gagal Ginjal Kronik.
- Etiologi Gagal Ginjal Kronik.
- Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik.
- Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronik.
- Komplikasi Gagal Ginjal Kronik.
- Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik.
- Proses Keperawatan Gagal Ginjal Kronik.
D. METODE PENGUMPULAN DATA
Data ataupun pembahasan dalam makalah ini diperoleh dari beberapa referensi yaitu buku-buku atau sumber bacaan yang relevan serta media-media lain yang mendukung.
BAB II
TINJAUAN TEORI
GAGAL GINJAL KRONIK (CHRONIC RENAL FAILURE)
I. definisi
Gagal ginjal kronik masih merupakan problem kesehatan masyarakat terutama di Negara-negara yang sedang berkembang. Kematian biasanya disebabkan karena penyakit penyebab, bukan gagal ginjal itu sendiri. Prognosis buruk pada klien lanjut usia dan bila terdapat gagal organ lain. Penyebab kematian tersering adalah infeksi (30-50%), perdarahan terutama saluran cerna (10-20%), penyakit jantung (10-20%), gagal napas (10%), dan gagal multi organ dengan kombinasi hiper atau hipotensi, septicemia, dan sebagainya. Pasien dengan gagal ginjal kronik dapat datang dengan kelemahan, kelelahan, penurunan konsentrasi urin, dan selera makan.
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung dalam beberapa tahun (Lorraine M Wilson, 1995: 812).
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999: 626)
Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996: 368)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001: 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992: 812)
II. Etiologi
Penyebab Gagal Ginjal Kronik, antara lain: glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999: 626)
Penyebab lainnya dari Gagal Ginjal Kronik, yakni menurut Price (1992) antara lain:
Ø Infeksi misalnya pielonefritis kronik
Ø Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
Ø Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
Ø Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
Ø Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus ginjal
Ø Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
Ø Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbale
Ø Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
III. Patofisiologi
Penurunan fungsi nefron
¯
Mekanisme kompensasi dan adaptasi asimptomatik
¯
BUN dan creatinin meningkat
¯
Penumpukan toksin uranik
¯
Gangguan gagal ginjal kronik simptomatik
IV. Klasifikasi
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut :
1. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
2. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
3. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
4. < 5 ml/mnt, disebut gagal ginjal terminal.
V. manifestasi klinik
1. Hematologik
Anemia normokrom, gangguan fungsi trombosit, trombositopenia, gangguan lekosit.
2. Gastrointestinal
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva.
3. Syaraf dan otot
Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet syndrome, restless leg syndrome.
4. Kulit
Berwarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasi, echymosis, urea frost, bekas garukan karena gatal.
5. Kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
6. Endokrin
Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan seksual, libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki, gangguan metabolisme vitamin D.
VI. Komplikasi
1. Hipertensi.
2. Infeksi traktus urinarius.
3. Obstruksi traktus urinarius.
4. Gangguan elektrolit.
5. Gangguan perfusi ke ginjal.
VII. Pemeriksaan penunjang
1. Radiologi. Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi yang terjadi.
2. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
3. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
4. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostat.
5. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
7. Pemeriksaan radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk falanks jari), kalsifikasi metastasik.
8. Pemeriksaan radiologi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap sebagai bendungan.
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
10. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
11. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan, peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
VIII. Penatalaksanaan
Tujuan pelaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Seluruh factor yang berperan pada gagal gnjal tahap akhir dan factor yang dapat dipulihkan ( misalnya obstruksi ) diidentifikasi dan ditaangani.
Komplikasi potensial gagal gnjal kronis yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan mencakup :
1. Hiperkalemia akbat penurunan eksresi, asisosis metabolic, kataboisme, dan masukan diet berlebih
2. Perikarditis, efusi Pericardial, dan temponade jantung akibat retensi produk sampah urenik dan dialysis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-angiotensin-aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin, penurunan rentang usia sel darah merah, pendarahan gastrointestinal akibat iritasi dan kehilangan darah selama hemodialisis
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic akibat retensi posfat, kadar kalsium serum yang rendah, metabolism vitamin D abnormal dan peningkatan kadar aluminium.
Komplikasi dapat dicegah atau dihambat dengan pemberian antihipertensif, eritropoitin, suplemen besi, agens pengikat posfat dan supermen kalsium. Pasien juga perlu mendapat penangan dialysis yang adekuat untuk menurunkan kadar produk sampah uremik dalam daram.
Pada umumnya pada keadaan gagal ginjal kronik, etiologi tidak dapat diobati lagi. Usaha harus ditujukan untuk mengurangi gejala, mencegah kerusakan/pemburukan faal ginjal yang terdiri :
1. Pengendalian hipertensi
Tekanan darah sedapat mungkin harus dikendalikan. Dengan obat tertentu tekanan darah dapat diturunkan tanpa mengurangi faal ginjal, misalnya dengan beta bloker, alpa metildopa, vasodilator. Mengurangi intake garam dalam rangka ini harus hati-hati karena tidak semua renal failure disertai retensi Natrium.
2. Pengendalian Kalium dalam darah
Mengendalikan K darah sangat penting, karena peninggian K dapat menimbulkan kematian mendadak. Yang pertama harus diingat ialah jangan menimbulkan hiperkalemia karena tindakan kita sendiri seperti obat-obatan, diet buah,dan lain-lain. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosa dengan EEG, dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia maka pengobatannya dengan mengurangi intake K, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infus glukosa.
3. Penanggulangan Anemia
Anemia merupakan masalah yang sulit ditanggulangi pada CRF. Usaha pertama harus ditujukan mengatasi faktor defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada insufisiensi koroner.
4. Penanggulangan asidosis
Pada umumnya asidosis baru bergejala pada taraf lebih lanjut. Sebelum memberi pengobatan yang khusus faktor lain harus diatasi dulu, khususnya dehidrasi. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan per oral atau parenteral. Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan. kalau perlu diulang. Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
5. Pengobatan dan pencegahan infeksi
Ginjal yang sakit lebih mudah mengalami infeksi dari pada biasanya. Pasien CRF dapat ditumpangi pyelonefritis di atas penyakit dasarnya. Adanya pyelonepritis ini tentu memperburuk lagi faal ginjal. Obat-obat anti mikroba diberi bila ada bakteriuria dengan perhatian khusus karena banyak diantara obat-obat yang toksik terhadap ginjal atau keluar melalui ginjal. Tindakan yang mempengaruhi saluran kencing seperti kateterisasi sedapat mungkin harus dihindarkan. Infeksi ditempat lain secara tidak langsung dapat pula menimbulkan permasalahan yang sama dan pengurangan faal ginjal.
6. Pengurangan protein dalam makanan
Intervensi diet juga perlu pada gangguan fungsi renal dan mencakup pengaturan yang cermat terhadap masukan protein, masukan cairan untuk mengganti cairan yang hilang, masukan natrium untuk mengganti natrium yang hilang, dan pembatasan kalium. Pada saat yang sama, masukkan kalori yang adekuat dan suplemen vitamin harus dianjurkan. Protein akan dibatasi karena urea, asam urat, dan asam organik- hasil pemecahan makanan dan protein jaringan-akan menumpuk secara cepat dalam darah jika terdapat gangguan pada klirens renal. Protein yang dikonsumsi harus memiliki nilai biologis tinggi (produk susu, telur, daging). Potein mengandung nilai biologis yang tinggi adalah substansi protein lengkap dan menyuplai asam amino utama yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perbaikan sel. Biasanya cairan yang diperbolehkan adalah 500-600 ml untuk 24 jam. Kalori diperoleh dari karbohidrat dan lemak untuk mencegah kelemahan. Pemberian vitamin juga penting karena diet rendah protein tidak cukup memberikan komplemen vitamin yang diperlukan. Selain itu, pasien dialisis mungkin kehilangan vitamin-larut air melalui darah selama penanganan dialisis.
7. Pengobatan neuropati
Neuropati timbul pada keadaan yang lebih lanjut. Biasanya neuropati ini sukar diatasi dan merupakan salah satu indikasi untuk dialisis. Pada pasien yang sudah dialisispun neuropati masih dapat timbul.
8. Dialisis
Dasar dialisis adalah adanya darah yang mengalir dibatasi selaput semi permiabel dengan suatu cairan (cairan dialisis) yang dibuat sedemikiam rupa sehingga komposisi elektrolitnya sama dengan darah normal. Dengan demikian diharapkan bahwa zat-zat yang tidak diinginkan dari dalam darah akan berpindah ke cairan dialisis dan kalau perlu air juga dapat ditarik kecairan dialisis. Tindakan dialisis ada dua macam yaitu hemodialisis dan peritoneal dialisis yang merupakan tindakan pengganti fungsi faal ginjal sementara yaitu faal pengeluaran/sekresi, sedangkan fungsi endokrinnya tidak ditanggulangi.
9. Transplantasi
Dengan pencangkokkan ginjal yang sehat ke pembuluh darah pasien CRF maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru. Ginjal yang sesuai harus memenuhi beberapa persaratan, dan persyaratan yang utama adalah bahwa ginjal tersebut diambil dari orang/mayat yang ditinjau dari segi imunologik sama dengan pasien. Pemilihan dari segi imunologik ini terutama dengan pemeriksaan HLA .
IX. POLA DIET
Penderita gagal ginjal sebaiknya mengurangi konsumsi buah-buahan karena sebagian besar buah-buahan berkadar Kalium (potassium) tinggi. Kadar kalium tinggi (hiperkalemia) dapat menyebabkan irama jantung terganggu.
Misalnya satu buah apel, bisa dimakan setengahnya saja. Namun bila penderita gagal ginjal sudah tidak bisa berkemih, sebaiknya menghentikan konsumsi sayur dan buah hingga lancar berkemih.
Bila belum menjalani dialisis (cuci darah), dianjurkan untuk melakukan diet rendah protein 40-45 gram/hari. Hal ini tentunya tergantung fungsi ginjal penderita tersebut, yang dapat diketahui dengan pemeriksaan laboratorium creatinine clearance test. Dilakukan dialisis jika fungsi ginjal kurang dari 15%.
Lain lagi pada penderita gagal ginjal yang sudah lama alias menahun atau kronis. Berikut ini penjelasan diet untuk para penderita gagal ginjal kronis atau CRF (Chronic Renal Failure) menurut ahli gizi Idet Haryanto, SKM, M.Kes.
Tujuan diet pada penderita gagal ginjal kronis:
1. Untuk mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Untuk menjaga agar penderita dapat beraktivitas seperti orang normal.
Prinsip diet penderita gagal ginjal kronis:
1. Diet lunak atau biasa.
2. Sebagai sumber karbohidrat: gula pasir, selai, sirup, dan permen.
3. Cukup energi dan rendah protein.
4. Sebagai sumber protein, diutamakan protein hewani, misalnya: susu, sapi, daging, dan ikan. Banyaknya sesuai dengan kegagalan fungsi ginjal penderita.
5. Sebagai sumber lemak, diutamakan lemak tidak jenuh, dengan kebutuhan sekitar 25% dari total energi yang diperlukan.
6. Untuk kebutuhan air, dianjurkan sesuai dengan jumlah urin 24 jam; sekitar 500 ml melalui minuman dan makanan.
7. Untuk kebutuhan kalium dan natrium disesuaikan dengan keadaan penderita.
8. Untuk kebutuhan kalori, sekitar 35 Kkal/Kg berat badan/hari.
9. Membatasi asupan garam dapur jika ada hipertensi (darah tinggi) atau edema (bengkak).
10. Dianjurkan juga mengonsumsi agar-agar karena selain mengandung sumber energi juga mengandung serat yang larut.
Makanan yang sebaiknya dibatasi:
1. Sumber karbohidrat, seperti: nasi, jagung, kentang, makaroni, pasta, hevermout, ubi.
2. Protein hewani, seperti: daging kambing, ayam, ikan, hati, keju, udang, telur.
3. Sayuran dan buah-buahan tinggi kalium, seperti: apel, alpukat, jeruk, pisang, pepaya dan daun pepaya, seledri, kembang kol, peterseli, buncis.
Makanan yang harus dihindari:
1. Tahu
2. Tempe
3. Oncom
4. Kacang-Kacangan, Seperti: Kacang Tanah, Kacang Merah, Kacang Tolo, Kacang Hijau, Dan kacang kedelai.
X. PENCEGAHAN
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001).
Selain itu, Pengaturan minum pada dasarnya adalah memberikan cairan sedemikian rupa sehingga dicapai diurisis maksimal. Bila cairan tidak dapat diberikan per oral maka diberikan per parenteral. Pemberian yang berlebihan dapat menimbulkan penumpukan di dalam rongga badan dan dapat membahayakan seperti hipervolemia yang sangat sulit diatasi.
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
GAGAL GINJAL KRONIK (CHRONIC RENAL FAILURE)
I. Pengkajian
1. Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.
2. Keluhan utama
Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum), gatal pada kulit.
3. Riwayat penyakit
a. Sekarang
Diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis, renjatan kardiogenik.
b. Dahulu
Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign Prostatic Hyperplasia, prostatektomi.
c. Keluarga
Adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus (DM).
4. Tanda vital
Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas cepat dan dalam (Kussmaul), dyspnea.
5. Pemeriksaan Fisik :
a. Pernafasan (B 1 : Breathing)
Gejala
Nafas pendek, dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum, kental dan banyak.
Tanda
Takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, Batuk produktif dengan / tanpa sputum.
b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala
Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri dada atau angina dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
Tanda
Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki, telapak tangan, Disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik, friction rub perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.kecendrungan perdarahan.
c. Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran: Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai koma.
d. Perkemihan-Eliminasi Uri (B 4 : Bladder)
Gejala
Penurunan frekuensi urine (Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing), oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda
Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau anuria.
e. Pencernaan - Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva dan Diare
f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda
Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimoosis pada kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium,pada kulit, jaringan lunak, sendi keterbatasan gerak sendi.
6. Pola aktivitas sehari-hari
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal ginjal kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
b. Pola nutrisi dan metabolism
Anoreksia, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga mulut, intake minum yang kurang. dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan klien. Peningkatan berat badan cepat (oedema) penurunan berat badan (malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, bau mulut (amonia), Penggunaan diuretic, Gangguan status mental, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, kejang, rambut tipis, kuku rapuh.
c. Pola Eliminasi
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing. Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen kembung, diare atau konstipasi, Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau anuria.
d. Pola tidur dan Istirahat
Gelisah, cemas, gangguan tidur.
e. Pola Aktivitas dan latihan
Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
f. Pola hubungan dan peran
Kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran).
g. Pola sensori dan kognitif
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami disorientasi/ tidak.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
i. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Penurunan libido, amenorea, infertilitas.
j. Pola mekanisme / penanggulangan stress dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan klien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif. Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan. Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta gagal ginjal kronik dapat menghambat klien dalam melaksanakan ibadah maupun mempengaruhi pola ibadah klien.
II. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
· Resiko tinggi Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Gangguan metabolisme protein.
· Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih, dan retensi cairan dan natrium.
· Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisis
· Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
· Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
III. RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN | TUJUAN | RENCANA TINDAKAN | RASIONAL |
Resiko tinggi Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Gangguan metabolisme protein. | Tujuan : Mempertahankan pemenuhan nutrisi sesuai kebutuhan. Kriteria : - Klien tidak mengalami kehilangan BB lebih lanjut. - Masukan makanan dan cairan meningkat - Pasien mematuhi dietnya. - Mual berkurang dan muntah tidak ada. - Urine tidak pekat. - Output urine meningkat (1500 ml/24 jam). - Membran mukosa lembab. - Mulut dan kerongkongan tidak kering. - Inflamasi, ulserasi tidak ada - Bau amonia berkurang/hilang. | · Kaji/catat pemasukan diet status nutrisi dan kebiasaan makan. · Identifikasi perubahan pola makan. · Berikan makanan sedikit dan sering · Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan. · Timbang berat badan setiap seminggu sekali. · Inspeksi rongga mulut, perhatikan kelembaban, karakter saliva adanya inflamasi dan ulserasi. · Berikan cairan peroral sepanjang 24 jam dalam abatas yang ditentukan. · Anjurkan oral hygiene (perawatan mulut) dengan menyikat gigi minimal 2 x / setelah makan dan saat akan tidur. · Anjurkan klien untuk menghentikan merokok. · Kolaborasi: konsul dengan dokter untuk pemberikan obat sesuai dengan indikasi; CaCo3 Nabic dan Anti emetik. · Kolaborasi: konsul dengan ahli gizi untuk pemberian diet tinggi kalori, rendah protein, rendah garam (TKRPRG). | · Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat. · Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan. · Meminimalkan anoreksia dan mual. · Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipertensi yang lebih berat. · Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet). · Deteksi untuk mencegah infeksi. · Mencegah kekeringan mulut. · Perawatan mulut menyejukan, melumasi, dan membantu menyegarkan mulut yang tidak menyenangkan karena uremia dan menurunkan pertumbuhan bakteri. · Asap rokok dapat mengiritasi mukosa dan efeknya mengeringkan rongga mulut. · CaCo3 untuk mengoreksi hiperkalemia. Nabic dapat mengatasi/memperbaiki asidosis dan anti emitik akan mencegah mual/muntah. · Tinggi Kalori diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi, Rendah Protein disesuaikan dengan fungsi ginjal yang menurun. Rendah Garam dapat mempercepat penurunan tekanan darah dan mencegah komplikasi. |
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih, dan retensi cairan dan natrium | Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan | · Kaji status cairan : Timbang berat badan harian Keseimbangan masukan dan haluaran Turgor kulit dan adanya edema Tekanan darah, denyut dan irama nadi · Batasi masukan cairan · Identifikasi sumber potensial cairan : Medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan oral dan intravena Makanan · Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan · Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan · Tingkatkan dan dorong higiene oral dengan sering | · Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi. · Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urine dan respon terhadap terapi. · Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi. · Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan. · Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet · Higiene oral mengurangi kekeringan membran mukosa mulut |
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisis | Berpartisipasi dalam aktivitas yang dpat ditoleransi | · Kaji faktor yang menimbulkan keletihan : Anemia Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit Retensi produk sampah depresi · Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi ; bantu jika keletihan terjadi. · Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat · Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis | · Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan · Meningkatkan aktivitas ringan atau sedang dan memperbaiki harga diri · Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi da · Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialisis, yang bagi banyak pasien sangat melelahkan. |
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya. | Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang. Kriteria Hasil : - Klien mengungkapkan bahwa ia tidak cemas. - Ekspresi wajah rileks. - RR : 12 – 24 X / menit. - N : 60 - 100 X / menit | · Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien. · Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya. · Lakukan pendekatan kepada klien dengan tenang dan meyakinkan dan hindari pemberian informasi atau instruksi yang bertele-tele dan terus menerus. · Berikan penjelasan yang sederhana dan singkat tentang tujuan intervensi dan pemeriksaan diagnostik serta anjurkan kepada klien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan. · Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin. · Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian. · Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman. | · Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat. · Dapat meringankan beban pikiran pasien. · Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan. · Penjelasan yang sederhana dan singkat tentang tujuan intervensi dan pemeriksaan diagnostik serta anjurkan kepada klien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan dapat mengurangi beban pikiran pasien. · Sikap positif dari tim kesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien. · Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu. · Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien. |
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. | Tujuan : Klien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya. Kriteria Hasil : - Klien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya. - Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh. | · Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit gagal ginjal kronik dan Hipertensi. · Kaji latar belakang pendidikan pasien. · Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti. · Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya. · Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada / memungkinkan). | · Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga. · Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien. · Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman. · Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang. · Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan. |
BAB III
TINJAUAN KASUS
GAGAL GINJAL KRONIK (CHRONIC RENAL FAILURE)
Kasus
Tn D (40 tahun) datang ke RS dengan keluhan tidak kencing selama 1 minggu, mual dan muntah, dan tampak lemah, setelah dilakukan pemeriksaaan urin, diketahui pasien perlu tindakan cuci darah. Perawat tidak menganjurkan pasien untuk makan pisang ataupun anggur. Urin pasien harus diukur setiap hari.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn “D” DENGAN DIAGNOSA MEDIS GAGAL GINJAL KRONIK (CHRONIK RENAL FAILURE)
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn ”D”
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : laki laki
Agama/Suku : Islam/sasak
Pendidikan : tamat SD
Alamat : Kekalik Gerisak, Mataram
Identitas Penanggung Pawab
Nama : Ny “A”
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Swasta
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama/suku : Islam/sasak
Pendidikan : tamat SMP
Alamat : Kekalik Gerisak, Mataram
Status Perkawinan : sudah menikah
2. Riwayat Penyakit
- Keluhan utama saat masuk RS
Klien mengeluh tidak kencing selama 1 minggu.
- Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke RS diantar keluarganya melalui IGD pada tanggal 20 Maret 2011 dengan keluhan tidak kencing selama 1 minggu, mual muntah, dan klien tampak lemah. Sebelumnya klien pernah dibawa ke Puskesmas Ampenan pada tanggal 19 Maret 2011 dengan keluhan yang sama. Selanjutnya klien dirujuk ke RSU Mataram, kemudian klien mendapat tindakan perawat di IGD.
- Riwayat penyakit dahulu
Istri klien mengatakan bahwa klien belum pernah masuk RS. Klien biasanya dibawa ke Puskesmas jika mengalami gejala ringan. Sebelumnya klien tidak pernah menderita penyakit kronis.
- Riwayat penyakit keluarga
Dari pihak keluarga, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular.
- Diagnose medic saat masuk RS
Gagal ginjal kronik
3. Pengkajian Saat Ini
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien kurang mengetahui tentang penyakitnya dan bagaimana perawatannya serta pengobatannya.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Program diit RS:
Intake makanan
Sebelum masuk RS : klien kurang nafsu makan, disertai mual dan muntah.
Setelah masuk RS : nafsu makan klien masih kurang, klien tidak mampu menghabiskan makanan sesuai program diit RS yang dianjurkan. Klien masih mual muntah.
Intake Cairan
Sebelum masuk RS : sebelumnya klien biasa minum 4-5 gelas air putih per hari. Tapi semenjak ada keluhan, klien minum 1-2 gelas air putih per hari karena mual muntahnya.
Setelah masuk RS : klien jarang minum. Klien minum 1-2 gelas air putih per hari.
c. Pola eliminasi
Buang Air Besar (BAB)
Sebelum masuk RS : klien biasanya BAB 2 x sehari tanpa konstipasi ataupun diare.
Setelah masuk RS : klien mengalami konstipasi
Buang Air Kecil (BAK)
Sebelum masuk RS : sebelumnya buang air klien lancar. Namun, setelah ada keluhan, klien sudah seminggu buang air kecilnya tidak lancar.
Setelah masuk RS : klien jarang BAK (urine sedikit).
d. Pola aktifitas dan latihan
No | Kemampuan perawatan diri | 0 | 1 | 2 | 3 | 4 |
1 | Makan/minum | √ | ||||
2 | Mandi | √ | ||||
3 | Toileting | √ | ||||
4 | Berpakaian | √ | ||||
5 | Mobilitas di TT | √ | ||||
6 | Berpindah | √ | ||||
7 | Ambulasi/ROM | √ |
Keterangan
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total
e. Pola tidur dan istirahat
Keluarga klien mengatakan bahwa sebelumnya, tidur klien tidak mengalami gangguan. Namun, setelah muncul keluhan, tidur klien agak terganggu.
f. Pola persepsual
Penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecapan, dan perabaan klien tidak ada gangguan.
g. Pola persepsi diri
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sering sakit saat berkemih.
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Tidak ada gangguan
i. Pola peran hubungan
Komunikasi dengan keluarga sebelum masuk RS dan saat di RS cukup lancar.
j. Pola managemen koping-stress
Tidak ada gangguan
k. System nilai dan keyakinan
Klien biasanya solat sebelum masuk RS. Namun, setelah masuk RS, klien jarang solat karena kondisi klien lemah.
4. Pemeriksaan Fisik
k/u : lemah
TTV : RR =
a. Pernafasan (B 1 : Breathing)
Bentuk dada : simetris
Pola napas : 32 x/menit, reguler
Gerakan pernapasan : intercostal
Secret : tidak ada
Alat bantu napas : tidak ada
Penggunaan otot bantu napas : tidak ada
Auskultasi : normal (vesikuler)
b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Frekuensi nadi : 100 x/menit
Irama dan bunyi jantung : normal
Pembesaran jantung : tidak ada
Nyeri dada : tidak ada
Clubbing finger : tidak ada
c. Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran : compos mentis
GCS : Eye(4) Verbal(5) Motorik(6)
Total GCS = 15
d. Perkemihan-Eliminasi Uri (B 4 : Bladder)
Urine : kencing sedikit (± 300 cc/hari)
Warna : kuning tua dan pekat
e. Pencernaan - Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Mulut dan tenggorokan
- Selaput lendir mulut : lembab dan tampak pucat
- Lidah : agak kotor
- Rongga mulut : gigi kotor, carries gigi
- Tenggorokan : tidak ada gangguan
- Acites : ada
- Anoreksia
Masalah Usus Besar
- BAB : konstipasi
- Obat pencahar : tidak ada
f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi : tidak ada gangguan
Kemampuan kekuatan otot: tidak ada gangguan
Suhu : 37 derajad celcius
Kelembaban kulit : lembab
Warna kulit : pucat
ANALISA DATA
NO. | DATA | ETIOLOGI | MASALAH | ||||||
1 2 | DS: klien mengatakan tidak kencing selama 1 minggu. DO: Klien tampak lemah, haluaran urine sedikit (< 400 ml/hari) DS : klien mengatakan mual muntah, mulut terasa pahit, nafsu makan kurang, DO : Klien tampak lemah, klien tidak bisa menghabiskan porsi diit RS | Gangguan filtrasi glomerulus Gangguan haluaran urin Penumpukan sisa-sisa metabolik Kelebihan volume cairan Anoreksia, mual muntah Absorpsi nutrient menurun Nutrisi ke jaringan menurun Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh | Kelebihan volume cairan Nutrisi kurang dari keutuhan tubuh |
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
· Kelebihan volume cairan b/d gangguan filtrasi glomerulus
· Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual muntah
C. INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN | TUJUAN | RENCANA TINDAKAN | RASIONAL |
Resiko tinggi Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah | Tujuan : Mempertahankan pemenuhan nutrisi sesuai kebutuhan. Kriteria hasil: - Klien tidak mengalami kehilangan BB lebih lanjut. - Intake makanan mengalami peningkatan. - Mual berkurang dan muntah tidak ada. - Membran mukosa lembab. - Mulut dan kerongkongan tidak kering. | · Kaji/catat pemasukan diet status nutrisi dan kebiasaan makan. · Identifikasi perubahan pola makan. · Berikan makanan sedikit dan sering · Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan. · Timbang berat badan setiap seminggu sekali. · Inspeksi rongga mulut, perhatikan kelembaban, karakter saliva adanya inflamasi dan ulserasi. · Berikan cairan peroral sepanjang 24 jam dalam abatas yang ditentukan. · Anjurkan oral hygiene (perawatan mulut) dengan menyikat gigi minimal 2 x / setelah makan dan saat akan tidur. · Anjurkan klien untuk menghentikan merokok. · Kolaborasi: konsul dengan dokter untuk pemberikan obat sesuai dengan indikasi; CaCo3 Nabic dan Anti emetik. · Kolaborasi: konsul dengan ahli gizi untuk pemberian diet tinggi kalori, rendah protein, rendah garam (TKRPRG). | · Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat. · Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan. · Meminimalkan anoreksia dan mual. · Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipertensi yang lebih berat. · Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet). · Deteksi untuk mencegah infeksi. · Mencegah kekeringan mulut. · Perawatan mulut menyejukan, melumasi, dan membantu menyegarkan mulut yang tidak menyenangkan karena uremia dan menurunkan pertumbuhan bakteri. · Asap rokok dapat mengiritasi mukosa dan efeknya mengeringkan rongga mulut. · CaCo3 untuk mengoreksi hiperkalemia. Nabic dapat mengatasi/memperbaiki asidosis dan anti emitik akan mencegah mual/muntah. · Tinggi Kalori diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi, Rendah Protein disesuaikan dengan fungsi ginjal yang menurun. Rendah Garam dapat mempercepat penurunan tekanan darah dan mencegah komplikasi. |
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih, dan retensi cairan dan natrium | Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan Kriteria hasil: - Turgor kulit normal - Haluaran urine normal (±400-500 ml/hari) - Intake dan output cairan seimbang - Klien tidak mengalami kelemahan. | · Kaji status cairan : Timbang berat badan harian Keseimbangan masukan dan haluaran Turgor kulit dan adanya edema Tekanan darah, denyut dan irama nadi · Batasi masukan cairan · Identifikasi sumber potensial cairan : Medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan oral dan intravena Makanan · Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan · Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan · Tingkatkan dan dorong higiene oral dengan sering | · Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi. · Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urine dan respon terhadap terapi. · Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi. · Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan. · Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet · Higiene oral mengurangi kekeringan membran mukosa mulut |
D. IMPLEMENTASI
No. DX | TANGGAL | JAM | TINDAKAN |
1. | 1. Mengkaji status cairan dengan menimbang BB perhari, membatasi masukan cairan 2. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan 3. Menganjurkan pasien/ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan haluaran | ||
2. | 1. Berikan perawatan mulut sering 2. Perhatikan adanya mual dan muntah 3. Beikan makanan sedikit tapi sering 4. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan 5. Awasi konsumsi makanan / cairan |
E. EVALUASI
NO. | TANGGAL | JAM | DIAGNOSE | EVALUASI |
1. | Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah dan nafsu makan berkurang. | S : klien mengatakan sudah tidak mual muntah lagi, mulut masih sedikit terasa pahit, nafsu makan sudah agak membaik. O : klien sudah dapat menghabiskan sepertiga porsi makannya, klien masih tampak lemah. A : masalah teratasi sebagian P : intervensi dilanjutkan | ||
2. | Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan filtrasi glomerulus | S : klien mengatakan sudah bisa berkemih walaupun tidak lancar O : jumlah haluaran urine masih, kurang dari normal, klien masih tampak lemah. A : masalah teratasi sebagian P : intervensi dilanjutkan |
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ø Kesimpulan teori
Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368). Jadi Kegagalan kerja ginjal memicu tekanan darah tinggi, anemia, dan menumpuknya limbah dalam darah; yang dapat membahayakan jiwa.maka sayangilah ginjal kita
Ø Kesimpulan kasus
Setelah membandingkan teori dengan gejala-gejala yang muncul, maka dapat kami simpulkan bahwa klien mengalami gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik ini disebabkan karena gangguan filtrasi glomerulus sehingga sisa-sisa metabolic tidak dapat dialirkan dan menumpuk dalam tubuh. Klien dianjurkan untuk melakukan hemodialisa untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Klien tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi buah dan sayur yang tinggi kalium.
B. SARAN
Dengan kita mengetahui asuhan keperawatan yang di berikan pada pasien dengan Gagal Ginjal Kronik, di harapkan kita semua mampu melakukan semua rencana tindakan keperawatan yang telah kita lakukan dengan sebaik-baiknya dan diharapkan untuk selanjutnya kita bisa menemukan tindakan yang lebih praktis dan berguna sehingga bisa mengurangi keluhan dari Gagal Ginjal Kronik tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar